Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, detik demi detik, menit demi menit berubah menjadi jam dan seterusnya. dalam Islam Al-waqtu kassaif, fa in lam taqtha'hu qatha'aka. Artinya, "Waktu itu adalah seperti pedang, maka jika kamu tidak menebaskannya, ia yang akan menebasmu". Sedangkan orang Bule bilang "Time Is Money" yang artinya waktu adalah Uang, yang berarti jika seseorang berkata tidak punya waktu, berarti ia tidak punya uang,, hehe just Kiding guys,
Oke kita kembali ke pokok bahasan, Sebentar lagi kita akan menghadapi pesta Demokrasi pada tahun 2024, banyak harapan dan impian rakyat kecil terhadap pemimpin yang akan terpilih nanti di 2024. berdasarkan penelitian jumlah generasi milineal akan menyumbangkan kontribusi suara terbanyak pada pemilihan kali ini. Berdasarkan informasi dari Youtube Sekretariat Negara, Bapak Jokowi menyatakan bahwa Pemilu akan dilaksanakan 14 Februari 2024.
Pertanyaan paling mendasar adalah Bagaimanakah Pemimpin yang akan kita Pilih di 2024?
Kepemimpinan atau leadership dalam istilah Al-Qur'an dijelaskan melalui konsep Khalifah, Imam atau Imamah, Ulul 'Amri, Wali, dan Malik. Kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama berdasarkan kemampuan membimbing dalam mencapai tujuan yang diharapkan bersama secara terarah dan terperinci.
Dasar Spiritual yang mendukung bahwa setiap manusia adalah Pemimpin didukung firman Allah SWT menyebutkan dalam surat Al – Baqarah ayat 30 sebagai berikut:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mengsucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Kalau kita lihat dalam firman Allah SWT terjadi suatu perdebatan dimana para Malaikat tidak setuju, jika manusia menjadi seorang khalifah atau pemimpin dimuka Bumi karena manusia memiliki nafsu dan akal yang cenderung membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Kalau kita lihat sekelas Malaikat saja tidak setuju kalau manusia menjadi khalifah di bumi.
Tapi pertanyaannya adalah kenapa Allah memilih Manusia tetap menjadi Pemimpin di muka Bumi, Jawabanya adalah karena manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna hal ini didukung Qs At-Tin Ayat Ke 4 yang memiliki tafsir Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang sebaik-baiknya, jauh lebih sempurna daripada hewan. Kami juga bekali mereka dengan akal dan sifat-sifat yang unggul. Dengan kelebihan-kelebihan itulah Kami amanati manusia sebagai khalifah di bumi.
Kemudian kita merujuk Karakter pemimpin yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan 4 kriteria syarat sifat-sifat yang unggul yang harus dipenuhi yakni Shidq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah. Selain itu, dari berbagai istilah yang ada, baik Khalifah, Imam atau Imamah, Ulul 'Amri, Wali, dan Malik menunjukkan juga bahwa sejatinya manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki keistimewaan dibanding makhluk lainnya. Keistimewaan manusia ini terletak pada kemampuan pembelajar (learning skill) yang tidak dimiliki oleh seluruh makhluk Allah lainnya. Hal ini pula yang menjadikan manusia spesial hingga mendapat amanah menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Sehingga kesimpulannya kita sebagai warga negara Republik Indonesia yang mencintai persatuan dan kerukunan dengan konsep NKRI Harga Mati. Marilah kita memilih pemimpin yang memiliki sifat dan karakter seperti Rasul, dimana Seorang pemimpin harus memiliki empat pondasi dasar yaitu : pertama adalah SIDDIQ artinya adalah jujur, berkata benar. Kedua AMANAH artinya adalah bisa dipercaya, menjalankan sebaik mungkin apa yang diamanatkan atau dipercayakan kepadanya, Ketiga FATHANAH artinya adalah cerdas atau pandai dan terakhir TABLIGH artinya adalah menyampaikan apa yang terbaik buat masyarakat umum dan kebaikan umat.