[DUSUN TANAH PERIUK"]Â Â Â Â Â Â Â Â
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman Budaya salah satunya indonesia memiliki banyak Suku dan etnis. Tapi walaupun kita berbeda-beda kita tetap sehati Bro, heheh.. .Sesuai dengan Semboyan Negara Kita yaitu "Bhineka Tunggal Ika". disini Saya hanya memberikan informasi kepada kita semua bahwa Dusun Tanah Periuk, Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas, kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Penduduk Aslinya merupakan Keturunan Jawa Loh??. Data ini saya ambil Ketika Saya KUKERTA ( KULIAH KERJA NYATA) pada Bulan APRIL 2015, Pada Saat itu saya dan temen-temen mewawancarai Sesepuh Tanah Periuk yang sekaligus merangkap Sebagai Sekertaris Camat Tanah Sepenggal Lintas, Wawncara ini Bermula dari Sejarah Terbentuknya Dusun Tanah Periuk yang saya Kutip Sebagai Berikut :
"SEJARAH TERBENTUKNYA DUSUN TANAH PERIUK"
Bermula dari Sultan Sri Mangku Bumi Meninggalkan Kerajaan Mataram (Pulau Jawa), waktu itu Dalam pemerintahan Hamangkubuono II inilah Seri Mangku Bumi tidak sepaham terjadi perselisihan, karena sikap Hamangkubuono II kurang menyenangkan terhadap Sri Mangku Bumi. Maka dengan itu Sri Mangku Bumi memutuskan meninggalkan kerajaan Mataram.
Sultan Mangku Bumi dan istrinya serta kawan-kawannya meninggalkan kerajaan Mataram. Mereka berangkat dengan perahu layar. Perahu berlayar mulai pada pagi hari, berlayar terus menuju pulau sumatera yaitu Daerah Jambi ujung tanjung jambi disebut Selat berhala. Di Daerah Selat Berhala Sri Mangku Bumi bertemu dengan Rang Kayo Hitam. Jabatan Rang kayo hitam itu sama dengan nama jabatan sekarang ialah Bupati Tanjung Jabung. Pertemuan Sri Mangku Bumi dengan Rangkayo Hitam tidak ada permasalahan, sementara itu Rang Kayo hitam adalah anak Rajo Jambi. Ternyata Raja Jambi pernah mempersunting anak Raja Mataram. Dengan hati senang, dilepaskanlah Sri Mangku Bumi mudik Batang Hari untuk menuju jambi. Tak beberapa lamanya berjalan dengan berperahu, sampailah mereka dijambi yaitu pada pulau di ilir sungai sipin yang bernama pulau Angso duo. Pada pulau ini Sri Mangku Bumi dan Isteri serta kawan-kawannya bertemu dengan Pesuruh Rajo Jambi. Lalu Pesuruh itu menemui Rajo Jambi yang bernamo Enggolago Untuk memberitahukan kedatangan rombongan Sri Mangku Bumi itu.
Kata Pesuruh Rajo Jambi kepada Rajo Enggolago, bahwa di pulau Angso duo ada orang baru datang, disuruhlah oleh Raja Jambi untuk menjemput orang yang baru datang itu. Pesuruh mengatakan kepada Seri Mangku Bumi, isteri dan kawan-kawanya untuk datang ke Rajo Enggolago. Rombongan yang baru datang itu naiklah ke darat mengadap Rajo Enggolago, lalu disambutlah leh Rajo Enggolago dengan senang hati dan muka yang jernih atas kedatangan Seri Mangku Bumi itu.
Dalam waktu yang singkat diputuskanlah perundingan antaro Rajo Enggolago dengan Seri Mangku Bumi. Maka minta izinlah Seri Mangku Bumi, isteri dan kawan-kawan untuk berangkat mudik menuju Batang Tebo. Raja Enggolago waktu itu Berwasiat kepada Seri Mangku Bumi, bukalah Batang Tebo mulai dari pulau Tambun di ilir Muara Tebo sampailah ke batas Padang. Lalu rombongan Seri Mangku Bumi berangkat menuju Pulau Tambun. Tidak beberapa lama dalam perjalanan sampailah ia pada pada pulau yang disebut Rajo Enggolago. Besoknya berangkatalah rombongan Seri Mangku Bumi berperahu dengan bergalah sambil melati Batang Tebo yang belum dilalui manusia seorangpun, Sungai tersebut dinamakan Sungai Sarut disebabkan sangat Belukar sekali oleh rotan-rotan dan akar-akar yang menjulur dari seberang keseberang sungai pada masa itu.
Dalam waktu yang lama rombongan atau perahu Seri Mangku Bumi bekerja berat melalui Sungai Batang Tebo itu. Setelah berbulan-bulan sampailah perahu itu pada Teluk keluk Kucing Tidur dan pulau Seri Bulan. Apa sebab dinamakan Pulau Seri Bulan, karena pada malam tibanya pulau itu bermalam, terlihat oleh rombongn Sri Mangku Bumi Bulan Purnama, inilah asal usul nama Pulau Sri Bulan. Nama Sri Bulan pada cerita yang lain, juga masuk akal yaitu diambil dalam suatu kisah menilik bulan masuk awal puasa dan akhir puasa (Hari Raya) dan hari penting lainnya karena dimasa itu sukar melihat bulan, peralatan kurang, pepohonan belum ditebang, maka pemandangan yang bebas dan luas hanya dipulau tengah itu.
Pada pagi harinya naiklah rombongan Seri Mangku Bumi, Isteri dan kawan-kawan ke darat, lalu menebas sedikit. Setelah agak terang sedikit dibuatnyalah Balai. Balai tersebut gunanya mereka untuk bermenung dan kediaman sementara waktu. Setelah selesai tempat kediamanya, atas kehendak bersama bekerjalah ia kembali untuk menebus dan ada pula yang menebang kayu besar-besar. Maklumlah baru mulai membuka rimbo/hutan dengan alat-alat seadanya seperti Beliung, Parang dan peralatan sdrhana lainnya.
Tak berapa bulan tebas tebang kemudian dibakar, setelah terang. Sultan Sri Mangku Bumi diperintanyalah kawan-kawan membuat Balai yang agak besar sedikit untuk kediaman, setelah bertahun-tahun lamanya Hiduplah Tenang Rombongan Sri Mangku Bumi pada tempat yang baru itu.
Dilokasi yang ditempati Seri Mangku Bumi beserta Isteri dan kawan-kawannya. Mereka merasa sangat kekurangan peralatan untuk memasak karena jumlah keluraga bertambah, diambilnyalah tanah oleh Sri Anwa (Isteri Sultan Sri Mangku Bumi) diserahkanlah kepada Sultan Sri Mangku Bumi, dibuatkannyalah Tanah Untuk satu buah Periuk dengan cara-cara yang telah dipahami di masyarakat Mataram (Pulau Jawa), terbuatlah 1 (satu) buah periuk dengan ukuran besar sesuai jumlah mereka, Maka bernamalah Dusun Tanah Periuk. ( Sumber Sekretaris Camat Tanah Sepenggal Lintas, 2015)"