Mohon tunggu...
Sri Mutia Rustam
Sri Mutia Rustam Mohon Tunggu... -

melakukan perubahan untuk kebaikan diri sendiri agar bermanfaat bagi yang lain..just the simple word

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bahwa Aku Akan Melupakanmu

21 Oktober 2010   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:14 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mana mungkin aku melupakan semua ini..semua luka yang telah kamu tinggalkan, semua kekacauan yang telah kamu lakukan. Begitu banyak kesalahpahaman yang terjadi antara aku, dirimu dan orang-orang di sekitar kita. Kamu tahu sendiri berapa banyak luka yang telah kamu buat untuk semua orang, tapi selalu saja kamu ingin membela diri bahwa ini bukan maksudmu untuk melakukan hal ini dan dalihmu atas trauma dari masa lalu membenarkanmu untuk melakukan semua ini dan  membuat aku tersudut oleh kasih yang terlanjur diberikan. Aku tidak bisa mengukur seberapa banyak luka seberapa banyak kesedihan tapi aku harus meninggalkan semua kisah lama menutup semua tentangmu..walau begitu banyak hati  yang teriris karena aku begitu terlanjur mengasihi jiwa-jiwa lain di sekitarmu. Begitu perih saat kata-kata itu terluncur dari seseorang yang telah aku pasangkan kasihku untuknya "maafkan aku ibu", aku tidak ingin semakin terluka biar saja aku pergi seperti angin yang meniup perlahan menyapamu sehingga murkamu tidak lagi dikeluarkan, karena dirimu juga merasakan perih yang terlalu lama yang tidak ingin engkau sampaikan. Hanya saja engkau merasa pilu ketika sadar bahwa engkau tidak punya keberanian seperti aku untuk mengatakan TIDAK, tapi engkau melakukannya demi menjaga buah cintamu, itu membuktikan bahwa dirimu lebih beruntung bisa mendapatkan hatinya walau sampai di ujung nafasnya. Perlahan aku ingin mengeluarkan rasa sakit, marah dan dendam..doa-doa yang tidak seharusnya. Aku hanya ingin menyembuhkan diriku sendiri, kalau aku ingin bahagia tidak ada larangan untuk itu, karena aku berhak untuk semua itu dan ingin kukatakan juga semua orang juga berhak untuk mndapatkan bahagia.   Aku telah berusaha mempertahankanmu di saat-saat terakhir seandainya kamu mau merengkuh hatiku di saat itu tapi yang kamu lakukan adalah menusukkan pedang di sembiluku.. sehingga aku tahu aku tidak ingin terlalu lama berdiri disampingmu. Aku harus keluar dari mimpi buruk yang kamu ciptakan. Aku telah berjanji untuk mendoakanmu walau begitu sulit untuk melakukannya, maafku untuk membuat aku bisa melupakan semua ini. Pergilah dan jangan pernah lagi mengatakan dusta yang tidak berarti untukku lagi ataupun pada dunia. Aku akan berjalan dengan kelegaan karena telah memaafkanmu. Ini adalah cara terbaik yang harus kulakukan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun