Mohon tunggu...
ATANASIUS JERVI
ATANASIUS JERVI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasisiwa INSTITUT PARIWISATA TRISAKTI

Mahasiswa Institut Pariwisata Trisakti || Sebagai penerima Beasiswa KIP Kuliah Angkatan 2022 || Jurusan S1 Pariwisata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

'' Tato Mentawai: Warisan Budaya di Dunia yang Penuh Makna dan Keunikan"

26 Januari 2025   12:35 Diperbarui: 26 Januari 2025   10:52 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tato Mentawai diakui sebagai salah satu tato tertua di dunia, yang diyakini telah ada sejak 1.500 tahun yang lalu. Seni tato ini diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat suku Mentawai di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Indonesia. Tato Mentawai memiliki keunikan dalam setiap garis dan motifnya, yang sarat akan makna spiritualitas dan identitas. Bagi suku Mentawai, tato bukan hanya sekadar hiasan tubuh, tetapi juga melambangkan hubungan mereka dengan alam, leluhur, dan roh. Setiap motif menggambarkan status sosial, peran seseorang dalam masyarakat, hingga filosofi kehidupan. Proses pembuatannya dilakukan secara tradisional menggunakan alat-alat sederhana, seperti jarum dari duri pohon, dengan pewarna alami dari arang. Selain itu, tato Mentawai juga menjadi simbol keindahan, karena masyarakatnya percaya bahwa tubuh manusia perlu dihiasi agar terlihat lebih menarik dan harmonis dengan alam. Keunikan dan filosofi mendalam yang terkandung dalam tato ini membuatnya menjadi warisan budaya yang sangat berharga.

Proses penatoan pada masyarakat Mentawai dimulai dengan menggambar pola-pola tertentu di permukaan kulit yang menjadi pedoman dalam penatoan. Motif-motif yang dipilih sering kali terinspirasi dari lingkungan sekitar dan kepercayaan masyarakat. Untuk membuat pola-pola ini, seorang penato menggunakan alat bantu seperti lidi daun kelapa yang diolesi cairan hitam untuk menggambar permukaan kulit yang akan ditato. Proses penatoan itu sendiri dilakukan menggunakan alat tajam, yang bisa berupa duri dari pohon jeruk atau bagian tajam dari hewan seperti tulang atau gigi. Bertato di Mentawai bukan keputusan yang cepat; biasanya, seseorang baru memutuskan untuk bertato setelah melewati fase penting dalam hidupnya, seperti setelah menikah atau menjadi pemburu hebat. Bagi perempuan, tato juga bisa menjadi pilihan setelah bercerai dan kembali ke rumah orang tua. Proses penatoan dianggap permanen dan menyakitkan, dengan kemungkinan timbulnya demam akibat infeksi dari luka yang ditimbulkan. Oleh karena itu, persiapan mental dan fisik sangat penting sebelum seseorang memutuskan untuk menerima tato. Setelah siap, pola tato digambar di kulit, dan ujung tajam alat tato yang telah dibasahi dengan tinta hitam dari adonan jelaga dan air tebu melukai kulit sesuai pola yang telah digambar. Proses ini menghasilkan rangkaian titik, garis lurus, dan garis melengkung yang membentuk gambar atau motif tato. Motif-motif tato ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan tubuh, tetapi juga sebagai ekspresi dari gagasan, kepercayaan, dan simbol-simbol yang mewakili masyarakat Mentawai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun