Mohon tunggu...
John L
John L Mohon Tunggu... -

Demi Kemuliaan Martabat Manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Happy Valentine's Day

13 Februari 2019   18:51 Diperbarui: 13 Februari 2019   19:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Valentine atau lazim orang kenal sebagai hari kasih sayang, bukan barang baru lagi bagi umat manusia. Tentang keaslian hari cinta kasih itu ada begitu banyak pendapat dan masing-masing berbeda satu sama lain. Perkiraan yang paling mendekati kebenaran adalah tradisi Romawi. Tanggal 14 Februari adalah hari libur untuk menghormati Juno.

Masyarakat Roma kuno menganggap Juno adalah ratu segala dewa. Dia juga dikenal sebagai dewi pelindung perempuan dan eksistensi perkawinan. Hari berikutnya, 15 Februari, adalah festival Lupercalia. Satu aktivitas terkenal selama festival itu adalah penarikan nama pada malam sebelum festival. Semua nama perempuan muda Romawi ditulis pada kertas dan dimasukkan ke dalam tempayan. Pemuda-pemuda kota itu secara acak menarik satu nama dari tempayan itu dan wanita itulah yang akan menjadi pasangannya selama festival itu berlangsung dan juga kekasihnya sepanjang tahun itu. Acapkali terjadi bahwa pasangan-pasangan itu saling jatuh cinta dan akhirnya menikah.

Pada masa pemerintahan Kaiser Claudius II, dia membatalkan semua pertunanganan dan perkawinan di Roma untuk membangun basis militer yang kuat. Semua pemuda direkrut untuk tujuan tersebut. Pikiran dasar kaiser, menikahkan seorang pemuda saja adalah pengebirian terhadap militernya. Memiliki prajurit yang menikah dan atau punya tunangan sang tentara akan lebih memilih tinggal dekat keluarga dan kekasihnya ketimbang membaktikan diri sepenuhnya untuk perang.

Saat itu Valentinus, kelahiran Roma sekitar abad III yang juga seorang pastor Katolik secara diam-diam tetap menikahkan pasangan muda yang berniat untuk mengikat janji dalam sebuah perkawinan. Setelah diketahui ia dihukum kurungan penjara lalu kepalanya dipenggal.

Selama masa tahanannya banyak anak muda datang mengunjungi sang pahlawan cinta itu. Ada yang melemparkan bunga di dalam bilik di mana sang pastor itu ditahan. Salah satu dari para pangunjung setia Valentinus adalah puteri Asterius, sipir penjara itu. Pada hari eksekusinya, 14 Februari 269/270, ia menulis sepucuk surat pisah dan ucapan terima kasih untuk persahabatan kepada puteri sipir penjara itu Love from your Valentine. Surat Valentinus itu dianggap sebagai cikal bakal mengapa pada hari Valentine orang saling menukar pesan cinta. Sekitar tahun 498 Paus Gelagius memaklumkan 14 Februari sebagai hari St. Valentinus.

Ada legenda tertinggal lain yang mengisahkan bahwa orang Inggris dan Prancis percaya bahwa 14 Februari adalah musim kawin burung terutama jenis lovebird. Pada tanggal tersebut burung-burung jantan mulai memilih betina-betinanya untuk kawin dan berkembang biak. Fakta ini semakin meyakinkan bahwa hari Valentine akan lebih romantis bila dirayakan pada pentengahan Februari karena alam pun menunjukkan fenomena itu.

Kebiasaan seputar hari Valentine

Ada orang percaya bahwa bila wanita bermimpi melihat burung Murai terbang lewat kepalanya pada hari Valentine pertanda bahwa dia akan menikah dengan seorang pelaut.

Bila dalam mimpi yang dilihat adalah burung Gereja, maka pria yang akan menyuntingnya adalah laki-laki miskin, tetapi kehidupan mereka akan bahagia.

Dan, bila dalam mimpi ia melihat ikan mas, ada kepercayaan bahwa pasangannya orang kaya raya.

Kebiasaan lain, orang saling memberi hadiah. Di negeri Sakura, Jepang misalnya, pada hari Valentine wanita-wanita muda ramai-ramai memberi coklat kepada laki-laki yang mereka naksir. Dan satu bulan kemudian atau lazim mereka sebut White day bila laki-laki itu membalas dengan memberi coklat, pertanda bahwa mereka akan menikah.

Di tempat lain ada kepercayaan bahwa bila laki-laki memberi hadiah pakaian dan wanitu itu menyimpannya pertanda mereka bakal menikah.

Tentang banyaknya anak, ada kebiasaan berikut yang lazim orang buat pada hari Valentine. Jika orang membelah buah apel menjadi dua bagian berapa banyak biji yang ada dalam belahan itu, sebanyak itulah anak yang akan lahir.

Kebiasaan lain orang saling mengirim kartu ucapan Valentine. Tradisi ini dimulai sejak 1800-an, ketika teknologi percetakan ditemukan. Kartu Valentine pada masa itu biasanya bergambar cupido, dewi cinta yang berwujud malaikat kecil lengkap dengan panah asmarahnya, hati, mawar merah atau merpati putih.

Tentang tradisi saling mengirim kartu ucapan Valentine, nama bangsawan Prancis, Duke of Orleans patut dikenang. Tahun 1415, ia mengirim kartu ucapan Valentine kepada istrinya. Sang pengeran tidak bisa merayakan hari kasih sayang bersama istrinya karena ia sedang menjalani hukuman penjara di Menara Inggris. Kartu tersebut kini dipamerkan di British Museum.

Hakikat hari Valentine

Pendapat tentang keabsahan sejarah hari Valentine berbeda, itu wajar dan sah-sah saja. Bahwa tradisi mana yang paling mendekati kebenaran itu bukan soal. Mungkin ini yang perlu digarisbawahi yakni kekuatan apa yang ada di balik hari Valentine sehingga ia tidak punah, tetapi tetap diterima masyarakat luas. Mengapa 14 Februari setiap tahun sejagat merayakannya bahkan pesta seharga jutaan dollar diselenggarakan atas nama hari Valentine?

Ketika hari Valentine mulai dipopulerkan di tanah air ada keraguan segelintir orang bahwa kebiasaan-kebiasaan yang menandai hari kasih sayang ini bakal tidak bertahan untuk konteks tanah air karena selain tradisi itu belum berakar kokoh dalam masyarakt, juga bahwa hari Valentine adalah budaya asing. Ternyata hari kasih sayang itu semakin menunjukkan eksistensinya di nusantara.

Hal yang membuat hari Valentine tetap aktual sepanjang waktu dan diterima oleh masyarakat dunia adalah nilai universal yang disuarakannya. Nilai universal itu yakni cinta kasih.

Sejarah hari Valentine adalah kisah cinta kasih, romantisme. Kasih sayang bukan monopoli bangsa atau budaya tertentu, bahkan cinta tidak bisa diklaim bahwa itu milik bangsa tertentu saja.

Kalau cinta kasih adalah intisari hari Valentine, maka setiap kali orang merayakan hari itu dan bila nama Kaiser Claudius II sempat terlintas tidak salah kalau orang mengejek sang kaiser bahwa tubuh bisa dipenjara, dirajam, tapi tidak untuk cinta. Karena itu, kaiser mestinya make love, not war.

Hari Valentine, momen istimewa orang untuk mengekspresikan cinta atau kasih sayang kepada orang lain. Juga, momen untuk menyatukan tekad untuk membangun suatu masyarakat damai bebas kekerasan.

Mari tanggalkan gairah purba dengan cinta kasih kita jabatkan hati. Dengan cinta, mari kita bangun kehidupan yang lebih baik. Cinta dan kasih sayang patut kita pupuk sepanjang masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun