Mohon tunggu...
John L
John L Mohon Tunggu... -

Demi Kemuliaan Martabat Manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Happy Valentine's Day

13 Februari 2019   18:51 Diperbarui: 13 Februari 2019   19:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di tempat lain ada kepercayaan bahwa bila laki-laki memberi hadiah pakaian dan wanitu itu menyimpannya pertanda mereka bakal menikah.

Tentang banyaknya anak, ada kebiasaan berikut yang lazim orang buat pada hari Valentine. Jika orang membelah buah apel menjadi dua bagian berapa banyak biji yang ada dalam belahan itu, sebanyak itulah anak yang akan lahir.

Kebiasaan lain orang saling mengirim kartu ucapan Valentine. Tradisi ini dimulai sejak 1800-an, ketika teknologi percetakan ditemukan. Kartu Valentine pada masa itu biasanya bergambar cupido, dewi cinta yang berwujud malaikat kecil lengkap dengan panah asmarahnya, hati, mawar merah atau merpati putih.

Tentang tradisi saling mengirim kartu ucapan Valentine, nama bangsawan Prancis, Duke of Orleans patut dikenang. Tahun 1415, ia mengirim kartu ucapan Valentine kepada istrinya. Sang pengeran tidak bisa merayakan hari kasih sayang bersama istrinya karena ia sedang menjalani hukuman penjara di Menara Inggris. Kartu tersebut kini dipamerkan di British Museum.

Hakikat hari Valentine

Pendapat tentang keabsahan sejarah hari Valentine berbeda, itu wajar dan sah-sah saja. Bahwa tradisi mana yang paling mendekati kebenaran itu bukan soal. Mungkin ini yang perlu digarisbawahi yakni kekuatan apa yang ada di balik hari Valentine sehingga ia tidak punah, tetapi tetap diterima masyarakat luas. Mengapa 14 Februari setiap tahun sejagat merayakannya bahkan pesta seharga jutaan dollar diselenggarakan atas nama hari Valentine?

Ketika hari Valentine mulai dipopulerkan di tanah air ada keraguan segelintir orang bahwa kebiasaan-kebiasaan yang menandai hari kasih sayang ini bakal tidak bertahan untuk konteks tanah air karena selain tradisi itu belum berakar kokoh dalam masyarakt, juga bahwa hari Valentine adalah budaya asing. Ternyata hari kasih sayang itu semakin menunjukkan eksistensinya di nusantara.

Hal yang membuat hari Valentine tetap aktual sepanjang waktu dan diterima oleh masyarakat dunia adalah nilai universal yang disuarakannya. Nilai universal itu yakni cinta kasih.

Sejarah hari Valentine adalah kisah cinta kasih, romantisme. Kasih sayang bukan monopoli bangsa atau budaya tertentu, bahkan cinta tidak bisa diklaim bahwa itu milik bangsa tertentu saja.

Kalau cinta kasih adalah intisari hari Valentine, maka setiap kali orang merayakan hari itu dan bila nama Kaiser Claudius II sempat terlintas tidak salah kalau orang mengejek sang kaiser bahwa tubuh bisa dipenjara, dirajam, tapi tidak untuk cinta. Karena itu, kaiser mestinya make love, not war.

Hari Valentine, momen istimewa orang untuk mengekspresikan cinta atau kasih sayang kepada orang lain. Juga, momen untuk menyatukan tekad untuk membangun suatu masyarakat damai bebas kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun