Persaingan bisnis kuliner atau foodpreneur saat ini semakin ketat dan maraknya promosi digital semakin memberi kemudahan bagi suatu foodpreneur mengembangkan bisnisnya. Kemudahan membeli seperti melalui aplikasi juga menjadi penyebab adanya peningkatan bisnis kuliner dengan berbagai inovasi baru. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2022, bisnis kuliner di Indonesia sebanyak 11.223 pada tahun 2020. Angka tersebut cukup signifikan dan dapat dipastikan semakin bertambah dalam setiap tahunnya. Lalu bagaimana bisnis kuliner tersebut memproses limbah makanan yang dihasilkan?Â
Ketika suatu bisnis kuliner tidak mengoptimalkan untuk mengelola limbah makanan yang berasal dari makanan sisa konsumsi, bahan sisa masak, dan bahan kadaluarsa maka hanya akan memberikan kontribusi baru untuk merusak lingkungan. Berdasarkan data The Food Sustainability Index (FSI) 2021 yang dirilis oleh Economist Impact menyatakan bahwa Indonesia berada di urutan ke-44 dari 78 negara dengan skala yaitu 55,3 sebagai pengelola hasil limbah makanan sedang. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih kalah dengan China dengan jumlah penduduk lebih banyak dapat berada di urutan ke-29 perihal pengelolaan limbah makanan.Â
Bagaimana limbah makanan berdampak pada pencemaran lingkungan?
Limbah makanan termasuk dalam limbah organik yang dalam proses pembusukannya akan menghasilkan gas metana (CH4). Gas metana sama seperti karbon dioksida (CO2) dan nitrat oksida (N2O) yang merupakan jenis Gas Rumah Kaca (GRK). Gas Rumah Kaca memberikan potensi munculnya pemanasan global atau Global Warming Potential (GWP). Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam Sixth Assessment Report, satu ton gas metana sendiri memberikan potensi pemanasan global atau GWP sebesar 27 hingga 30 selama per 100 tahun atau setara dengan 30 ton karbon dioksida. Angka tersebut semakin meningkat berbanding lurus dengan jumlah karbon dioksida yang semakin meningkat pula akibat aktivitas pembakaran bahan bakar fosil.Â
Bagaimana solusi bisnis kuliner mengelola limbah makanan?
Melihat dari pengaruh limbah makanan terhadap perubahan iklim yang kini telah menjadi fenomena genting, sangat diperlukan bagi bisnis kuliner Indonesia untuk menerapkan langkah mengurangi limbah makanan. Adapun beberapa langkah untuk mengurangi limbah makanan, seperti:Â
Monitoring InventarisÂ
Mayoritas bisnis kuliner menyumbang limbah makanan pada proses memasak atau proses sebelum disajikan ke konsumen. Melakukan langkah monitoring inventaris dengan memperhatikan pembelian jumlah bahan masak yang tepat dan dapat digunakan secara keseluruhan menjadi langkah tepat untuk mengurangi limbah makanan. Perusahaan F&B Singapura, the Les Amis Restaurants, telah melakukan metode tersebut dengan menggunakan potongan daging dan sayuran untuk sajian menu utama, sedangkan batang dan akar sayuran, tulang ikan, dan tulang daging untuk kuah kaldu.Â
Ketahui Permintaan PasarÂ
Produksi secara berlebihan dalam suatu bisnis kuliner hanya akan menambahkan jumlah limbah makanan. Memasak sesuai pesanan akan lebih baik untuk mengurangi limbah makanan karena jumlah permintaan makanan tidak selalu banyak dalam setiap harinya. Pilihan lainnya adalah memasak dengan jumlah sedikit sampai menu yang dimasak terjual habis.Â