Mohon tunggu...
Ahmad Saadillah
Ahmad Saadillah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya seorang mahasiswa UNRI prodi manajemen informatika. Anggota FAM Indonesia dari Pekanbaru. IDFAM 974M cp. 085271401569 www.idstreet.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Awan Sore Hari

14 November 2012   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:23 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan yang turun menyelimuti kota dengan deras nya sudah reda. Setitik pun tak ku lihat lagi awan meneteskan air. Air yang telah menyelimuti daerahku dan juga badanku. Udara yang mengelitik terlalu dingin kurasakan hingga setiap kali angin yang berhembus ke arahku membuat ku mengigil.

Secerah pagi hari tak kulihat lagi, seindah hiasan langit terlihat. Pelangi menghiasi dengan indah, kulihat dari sudut tempat ku berdiri. Menarik dan membuat ku ingin melihat nya dari dekat lagi. Semua ini ciptaan Yang Maha Kuasa. 'Sungguh indah jika aku menjadi pelangi itu' Pikiran ku melayang sesaat.

Berganti malam menjadi siang itu merupakan suatu yang tidak bisa ditunda. Tapi rasanya aku tidak ingin meninggalkan pelangi yang hampir hilang karena malam yang akan menyelimuti.

"Pelangi dan awan ini menginggatkan ku dengan kisah beberapa tahun silam" Ucapku duduk menyendiri tanpa menghiraukan lagi dingin yang kurasakan.

Sungguh pahit kenangan itu. Aku selalau merindukan nya bila ia di samping ku. Ia bukanlah seorang pacar ku, meskipun orang mengatakan bahwa ia adalah pacarku ketika aku berjalan dengan nya. Padahal ia kakak ku, wajah yang ayu bak di kata bidadari yang turun dari langit untuk menemaniku saat aku sedang bosan. Sikap nya yang santun selalu membuatku iri. Jika bukan karena dia yang selalu membela ku jika aku di marahi Ayah dan Ibu ku.

Pelangi saat sore hari. Sebuah kejadian yang jarang dialami, di saat ini terakhir kali aku melihat nya. Saat aku melakukan kesalahan besar di dalam keluarga. Aku membuat malu keluarga karena ulahku hingga sampai membawa ku masuk beberapa hari di sebuah sel untuk anak nakal seperti ku. Tapi kakak selalu menasehati ku, aku bangga meempunyai kakak seperti nya.

Terima kasih kakak, pelangi ini mengingatkan ku kepada mu. Masa-masa kakak masih di sini. Ingin rasanya Radit meminta maaf atas kejadian Radit yang membuat kakak kecelakaan. Tapi kakak hanya bilang "Ini bukan salahmu, ini salah kakak yang terlalu lengah" ucapan ini membuat ku selalu ingin meneteskan air mata, 'maaf kak' apa kata ini bisa kakak terima?.

Angin berhembus sepoi dengan tiupan manisnya. Membawa setiap helai daun yang jauh ke tanah. menerawang di udara, berpetualang. Radit janji kak. Nggak akan lagi membuat kakak kecewa karena perilaku Radit yang selalu membuat tingkah di mana Radit berada.

Perlahan-lahan pelangi itu menghilang dari hadapanku dan perlahan-lahan pula awan mulai menghitam karena langit kelam yang mulai muncul. Bintang yang tak tampak mulai muncul. Bulan dengan cahaya nya. Sungguh pergantian yang sangat terasa cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun