Mohon tunggu...
Halimah Saadiyah
Halimah Saadiyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - long life learned

Halimah loved self-development content, history, international relations, and political content.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jika Aku Menjadi Menteri Agama

3 Agustus 2018   21:00 Diperbarui: 3 Agustus 2018   21:24 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menteri. Sebuah pekerjaan terhormat yang membantu tugas-tugas pemerintahan dan sebuah kesempatan dapat merubah sesuatu hal yang buruk menjadi sesuatu hal yang baik dalam negara.  Dalam suatu pemerintahan tidak mungkin tidak memiliki seorang menteri. 

Terlebih lagi menteri agama. Dikarenakan disuatu negara memiliki agama dan kepercayaan nya masing-masing. Pernahkah terbayang dibenak anda, bilamana anda di berikan sebuah kepercayaan untuk menempati posisi sacral ini. Posisi menjadi seorang menteri yang menyangkut dengan kepercayaan masing-masing individu di suatu negara. Dan terkadang muncul dibenak diri ku untuk menjadi seorang menteri. Terlebih lagi menteri agama.

 Bila aku jadi menteri agama diriku akan lebih dan lebih membangkitkan rasa toleransi antar sesama. Siapapun itu, darimana pun dirinya berasal, apapun kepercayaannya, bagaimana dirinya beribadah atau apapun bila aku jadi menteri agama diriku akan memprioritaskan itu. Mengapa? Karena beberapa dekade ini terjadi hal-hal atau berita menyedihkan yang menyangkut kepercayaan suatu individu atau kelompok. 

Mereka melakukan hal-hal yang salah dan mengakibatkan terpecah nya rasa toleransi tersebut. Adapula yang mengadu domba antara kelompok satu dan kelompok lainnya. Menjadi seorang provokator yang mengatas namakan agama padahal mungkin dirinya hanya dendam pada salah seorang. 

Namun karena akibatnya malah dapat menghancurkan penerus dan keberlangsungan bangsa. Atau hal yang menjadi perbincangan hangat di dunia internasional ialah terorisme. 

Mereka para teroris melakukan hal tersebut dikarenakan atas nama agama kelak dirinya bisa memperoleh surga. Mereka yang mengatas namakan agama tersebut membunuh suatu kelompok dengan alasan yang tidak masuk akal. Didunia ini bahkan diagama apapun, Tuhan tidak pernah mengajarkan umat-umatnya untuk membunuh satu dengan yang lain. Tuhan memerintahkan kita untuk saling menyayangi, saling menjaga dan bertoleransi.

Di era ini, begitu pesatnya kemajuan teknologi membuat masyarakat mengalami transisi menuju ke arah modern. Berkembangnya teknologi di negeri tercinta meranah pada semua aspek. 

Tidak terkecuali aspek keagamaan. Jika dahulu, ketika kita ingin membaca kitab suci, kita harus membawa-bawanya. Namun kini, dengan adanya teknologi cukup mengunduh saja dan kitab suci sudah ada di gadget kita. Walaupun teknologi memberikan dampak yang positif dalam berbagai ranah termasuk ranah keagamaan, namun terdapat oknum-oknum yang menyalah gunakan kemajuan teknologi tersebut. 

Kini, internet di salah gunakan oleh segelintir orang baik dikarenakan kepentingan individu ataupun kepentingan kelompok. Mereka menyebarkan berita-berita salah yang tiada buktinya atau kini kenal hoax. Kemudian mereka menyebarkan berita tersebut di berbagai aplikasi atau portal -- portal berita. 

Mereka melakukan itu, untuk menjatuhkan suatu ras, agama dan kepercayaan setiap orang bahkan kelompok. Menyebarnya berita hoax menurut diriku sama saja memicu timbulnya api dalam suatu negara. Atau menjatuhkan batu yang sangat besar di dalam suatu kolam kecil yang tenang. 

Hingga kini, pemberatasan berita hoax terutama di Indonesia cukup sulit dikarenakan selain terus meningkatnya pengguna internet namun juga para masyarakat enggan mengklarifikasi bukti dari suatu berita. Bila aku jadi menteri agama, hal yang paling mudah dilakukan ialah tidak bosan-bosan untuk selalu mengingatkan seluruh masyarakat untuk pentingnya mencari kebenaran dari suatu berita. 

Dan tidak lupa pula jikalau aku jadi menteri agama, diriku akan mengundang perwakilan tokoh-tokoh agama dari seluruh agama di Indonesia untuk tidak bosan-bosan mengingatkan kepada jamaahnya. Baik dalam kesempatan apapun. Mungkin mengingatkan akan mengklarrifikasi suatu berita adalah hal yang sepele namun bila hal itu tidak dilakukan maka akan berdampak cukup serius dalam berkehidupan apalagi yang menyangkut tentang agama.

Memang mengemban tugas menjadi menteri, terlebih lagi menteri agama bukan lah hal yang mudah. Namun jikalau kita tetap pada rasa toleransi dan bersifat netral guna menjaga kebhinnekaan maka hal tersebut sedikit ringan. Bila aku jadi menteri agama, langkah selanjutnya bila aku menjadi menteri agama ialah bercengkrama dengan perwakilan tokoh agama di tiap-tiap daerah. 

Mendengar keluh kesah dan mencari jalan keluar dari masalah. Bila kita saling membagi cerita akan suatu masalah, beban masalah tersebut kelak akan ringan dan kita bisa untuk menjadi solusi terbaik. Seiring dengan pesatnya teknologi, langkah guna mencegah ujaran-ujaran yang menyudutkan suatu kelompok atau ras dengan mengontrol sistem pada penggunaan internet. 

Sistem tersebut bekerja pada kata-kata atau kalimat yang mengandung unsur-unsur agama. Maka kami selaku pihak kementrian agama akan membaca setiap artikel tersebut dan mengklarifikasi apakah artikel tersebut benar atau melainkan ujaran kebencian semata yang tiada buktinya.

Dan permasalahan pada beberapa tahun ini yang turut menjadi perhatian ialah perilaku masyarakat dalam bersosial media. Kebanyakan daripada masyarakat kini kurang beretika dalam bersosial media. Mereka melakukan hal yang tidak mencerminkan masyarakat Indonesia yang saling bertoleransi, saling empati dan saling menghormati. Sebagian netizen melakukan hal-hal yang kerap menimbulkan kesalahpahamaan dan cenderung membuat suatu permasalahan di akibatkan tiada etika dalam bersosial media. 

Seperti membuat ujaran kebencian dikarenakan adanya hal sepele ataupun dikarenakan adanya perbedaan dalam keyakinan akan suatu pemimpin dapat menjadi awal mula suatu ujaran kebencian. Saling mengadu domba dan bertingkah layaknya merasa paling benar dibandingkan apapun. 

Sikap seperti ini bila terus dibiarkan dan tiada kesadaran oleh para netizen akan berdampak pada kerukunan dan keharmonisan bernegara. Ujaran kebencian ini, bila tidak disikapi akan berdampak pada perceraian tali-tali kesatuan seluruh masyarakat di negeri ini. Ujaran kebencian yang mengandung unsur suku, ras, bangsa, bahasa dan lain-lain sungguh menjadi ironi untuk bangsa ini. 

Kini, ujaran-ujaran kebencian yang di beredar di internet dipengaruhi oleh sekelompok orang yang berniat buruk guna menjatuhkan atau menyebarkan maksud-maksud tertentu. 

Bila aku menjadi menteri agama, diriku akan membuat suatu system dimana bila terdapat seseorang yang memberikan ujaran-ujaran seperti menjatuhkan suatu individu atau kelompok yang berbau kata-kata agama maka system tersebut akan secara langsung menghapusnya atau bahkan tidak mengunggahnya dalam laman komentar apapun. 

Kementrian Agama akan bekerja sama dengan pihak terkait seperti Kementrian Teknologi dan Informasi, Kementerian Dalam Negeri yang berkonsentrasi pada Direktoral Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil melihat siapa oknum-oknum yang membuat kebhinekaan Indonesia terganggu.

Itulah andai-andai diriku bila aku menjadi seorang menteri agama. Mungkin untuk merealisasikannya perlu waktu yang lama dikarenakan berbagai faktor dan rintangan. Namun, satu hal yang bisa diriku sampaikan ialah teruslah bertoleransi dan menghargai kepada sesama. Karena sesungguhnya perbedaan merupakan hal yang indah, dan Tuhan suka bilamana kita sebagai manusia tetap teguh saling mengasih dan menghargai kepada seluruh makhluk ciptaannya. 

Dan bila sebagai manusia terdapat salah dalam perkataan dan perbuatan entah sengaja maupun tidak, kita sebagai manusia, makhluk yang lemah dan tidak dapat berbuat apa-apa tanda ridho-Nya harus selalu memaafkan dan mengikhlaskan hati. Sesungguhnya Tuhan Maha Pemaaf. Dan jangan sampai negeri yang indah akan alam dan budaya masyarakatnya yang kental akan bertoleransi hilang dan pudar diakibatkan kepentingan sekelompok manusia yang serakah dan suka mengadu domba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun