Sate Maranggi Bah Use telah menjadi salah satu destinasi kuliner Purwakarta yang tak boleh terlewatkan, terutama bagi para pecinta sate. Warung sate ini terletak di Desa Cihuni, Kecamatan Pasawahan, Purwakarta, dan mulai beroperasi sejak tahun 1997. Warung ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Selasa 10/12/2024.
Warung sate ini dibangun dari nol oleh Use bersama istrinya. Awalnya, mereka menjajakan sate dengan cara dipikul keliling, sebelum akhirnya memiliki tempat usaha sendiri yang kini rencananya akan diperluas. Meskipun Use sudah meninggal dunia, usaha sate ini tetap diteruskan dengan baik oleh istri dan anak-anaknya.
Dede Rodiah, istri Use, menceritakan perjalanan usaha sate ini yang dimulai dengan hanya mampu menghabiskan 1-3 kilogram daging per hari selama sembilan tahun pertama. Namun, berkat kegigihan dan ketekunan mereka, omset warung ini kini telah melonjak hingga mencapai 3.000 tusuk per hari. Bahkan, pada akhir pekan, jumlahnya bisa mencapai 8.000 tusuk.
"Awalnya itu cuma 1-3 kilo perhari, Itu tuh selama 9 tahun gak pernah ditambah jadi 5 kilo. Hari-hari biasa paling 3.000 tusuk dari senin sampai jum'at. Kalau sabtu-minggu beda lagi, bisa sampai 8.000. Kalau 1 kilo kan jadi 100 tusuk, kalau 80 berarti jadi 8.000, jadi kalau seminggu itu bisa 1 kwintal daging.", ujar Dede Rodiah.
Omset yang tinggi ini tidak terlepas dari cita rasa sate yang lezat, serta lokasi warung yang strategis dan sejuk, dengan pemandangan hamparan sawah yang menambah kenyamanan pengunjung. Bahkan, Sate Maranggi Bah Use berhasil menarik perhatian tokoh terkenal seperti Chef Renatta.
Seiring berkembangnya usaha, Sate Maranggi Bah Use tidak hanya menjadi tempat makan favorit, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian sekitar. Banyak warga setempat yang terlibat dalam operasional warung ini, mulai dari yang membantu dalam penyediaan bahan baku hingga yang bekerja di bagian pelayanan. Dede Rodiah mengungkapkan bahwa usaha ini turut membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar, yang tentunya membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.Â
Dede Rodiah juga berbagi cerita tentang lika-liku perjalanan usaha mereka. Menurutnya, perjalanan bisnis ini tidaklah mudah, penuh dengan tantangan, baik dari sisi keluarga maupun persaingan di dunia usaha. Namun, ia meyakini bahwa kunci keberhasilan dalam berdagang adalah kesabaran, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah.
"Naik turun pasti ada, apalagi pas covid. Tantangan juga banyak, baik dari keluarga, dari persaingan pasti ada. Pokoknya susah diungkapkan. Tapi alhamdulillah-nya Allah kasih jalan. Setiap orang itukan ya jalannya udah ditentukan, yang penting dalam berdagang itu kuncinya ikhlas, sabar aja, tawakal pokoknya.", ungkap Dede Rodiah.
Sate Maranggi bukan sekadar hidangan, tetapi juga sebuah simbol kekayaan kuliner Indonesia yang kaya rasa dan tradisi. Setiap tusuk sate yang dibakar dengan penuh kesabaran, dilengkapi dengan bumbu yang meresap sempurna, menciptakan pengalaman makan yang tak terlupakan. Sebagai bagian dari warisan budaya, diharapkan hidangan ini dapat terus dilestarikan dan dinikmati oleh generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H