Mohon tunggu...
Saadah Fauziah
Saadah Fauziah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Selalu ada kisah dan hikmah dalam setiap perjalanan kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Biar Kuceritakan Betapa Baiknya Dia

30 November 2022   17:29 Diperbarui: 30 November 2022   18:07 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sudah kuazamkan sejak malam, hari ini aku akan pergi keluar, ke toserba. Untuk hanya sekedar keluar ke toserba saja aku harus memiliki niat yang benar-benar kuat. Selain untuk melawan rasa malas, ini tentang aku bagaimana nanti berhadapan dengan keramaian.

Keluar dari kamar kosan, tak lupa belajar untuk selalu melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu saat keluar, dan membaca doa:

Bismillahi tawakkaltu 'alallahi wa laa haula wa laa quwwata illa billah

"Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah."

Aku keluar sekitar pukul 12.30. Berjalan sendirian menyusuri jalanan, masih di jalan wilayah tempat indekosku. Lalu mulai menyusuri jalan raya. Tampak jau berbeda. Jalanan padat ramai, banyak orang berlalu lalang, kendaraan berlalu lintas.

Sulit bagiku untuk menyebrang jalan, sambil terus berjalan aku mencari tempat yang pas dan momen yang tepat yang kurasa hatiku yakin untuk menyebrang. Sepertinya sesulit inikah menyebrang bagiku? Dan alhamdulillah Allah berikan momen yang pas. Dan alhamdulillah berhasil. Allah mudahkan. Nampak terlihat biasa saja, atau mungkin seperti terksesan lebay untuk diceritakan. Tapi ini adalah kebaikan dari Allah untukku. Sangat berarti untukku.

Untuk sampai ke tempat yang kutuju aku memilih untuk jalan kaki saja. Untuk setidaknya bisa sedikit menghemat pengeluaran. Banyak angkot kubiarkan ia berlalu saja. Lagi pun jaraknya tidak sangatlah jauh, tidak seperti jarak antara aku dan ....., sudahlah.

Masih dalam perjalanan, rintik hujan mulai turun, sedikit-sedikit membasahi bumi. Lirihku dalam hati mohon pada Rabbku, biarkan aku sampai terlebih dahulu ke tempat tujuan, barulah biarkan hujan turun membasahi bumi jangan biarkan membasahiku.

Alhamdulillah, Allah lindungiku dari basahnya hujan. Begitu sampai di toserba, begitu pula hujan dengan bebasnya membasahi bumi. Baiknya Allah.

Tentang hujan, bukan aku tak menyukainya apa lagi membecinya. Malah aku sangat menyukainya. Ini adalah karunia dari Allah. Tapi kali ini aku tak ingin basah dibuatnya.

Menyusuri setiap rak yang berjajar, mencari apa yang hendak dibeli. Keranjang kecil yang kubawa tidak sampai penuh, langsung kuhampiri saja kasir. Hendak membayar apa saja yang telah kuambil.

Pandanganku tertuju pada seseorang dalam antrian di depanku. Anak kecil perempuan itu membawa satu minuman kecil di tangannya dan ia berika itu kepada kasir lalu membayarnya. Tak terlihat orang tua atau siapa pun mendampinginya saat itu. Entah kisaran usia berapa tahun, tapi ia masih kecil, belum usia anak SD kelas satu pun, mungkin anak usia sekolah PAUD. Mungkin ada orang tuanya di luar yang sedang menunggunya.

Semua belanjaan sudah dimasukan ke dalam kantong keresek kuning. Selesai sudah kegiatan berbelanjaku. Tapi butiran-butiran hujan masih deras membasahi bumi, memintaku untuk menunggu dulu.

Yang kuharapkan adalah kemudahan dari-Nya. Butiran hujan mengecil, derasnya hujan berubah menjadi rintik-rintik kecil. Ini kesampatan bagiku untuk segera bergegas. Jalanan sepi mudah bagiku untuk menyebrang.

Mungkin hujan ini tak memiliki waktu lama untuk bisa menahan dirinya turun dengan begitu bebasnya kembali membasahi bumi. Jadi kuputuskan untuk tak membiarkan angkot pergi berlalu begitu saja tanpa membawaku.

Kembali meyusuri jalan dengan kedua kaki, angkot sudah berlalu pergi lagi, karena jalan kita berbeda. Ia hanya bisa mengantarkanku sampai di tepian jalan. Dan aku harus menempuh kembali satu lagi jalan untuk sampai ke kamar kosan.

Rintik hujan masih setia mengiringi, aku harap ia masih kuat untuk menahan. Sepertinya sedikit demi sedikit rintiknya mulai membesar. Kupercepat langkah kakiku.

Begitu sampai di kamar kosan, begitu pun dengan hujan yang kembali turun dengan bebasnya membasahi bumi. Kali ini kilatan petir dan suaranya hadir menemani turunya hujan.

Kembali kupuji Allah, beterima kasih atas semua kebaikannya, kemudahannya mengiringi setiap langkahku.

"Alhamdulillah, terima kasih, wahai Rabbku."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun