Masa lalu yang terasa masih membelenggu, tak mungkin kubiarkan terus begitu.
Hidup ini harus terus melaju, dengan atau tanpa masa lalu itu.
Akan tetapi tentang masa lalu itu, masih saja kuat melakat dalam relung hati.
Kehadiranya masih selalu dinanti.
Tak bisa dan tak boleh terus begini.
Akan tetapi, kenapa begitu sulit untuk bisa melepas masa lalu?
Selalu saja ada harapan bahwa ia bukan hanya sekedar jadi masa lalu.
Selalu ada harapan dia kembali datang.
Datang di masa sekarang hingga masa-masa yang akan datang.
Ia masih saja jadi tokoh utama,
yang kuharap bisa bersama hingga ke surga.
Adakah di antara kita yang masih sulit untuk melepaskan diri dari tali masa lalu yang membelenggu? Sebagaimana tali yang mengikat kuat, membuat tubuh sulit bergerak, bahkan tubuh pun merasa kesakitan. Begitupun masa lalu.
Masa lalu dengan kisahnya, dengan tokohnya yang masih tersimpan dalam relung hati terdalam, kehadirannya masih dinanti sampai saat ini. Seakan begitu menanti hal yang tak begitu pasti. Bayang-bayangnya seakan menjadi penghalang untuk melangkah maju ke depan.
Salahkah bila masih mengharapkan dia yang jadi masa lalu itu datang kembali? Tak, sungguh tak salah. Selagi harapan itu benar-benar murni hanya bermuara pada Allah semata.
Yang salah itu, jika masa lalu begitu diharapkan dengan tanpa melibatkan Allah di dalamnya, tanpa keikhlasan. Sehingga yang terjadi adalah terbelenggu masa lalu. Semua seakan tergantung pada masa lalu, tak memberusahakan diri untuk terus melajukan hidup ini meski tanpa dia yang jadi masa lalu itu. Enggan mengukir masa depan yang lebih baik karena terbelenggu masa lalu.
Jika tidak diri sendiri yang melepaskan ikatan tali masa lalu yang membelenggu itu lantas siapa lagi? Tak ada siapa pun yang menahan tapi memang diri sendirilah yang nampak tak mau berusaha untuk melepaskan.
Rida terhadap ketentuan-Nya adalah syarat utama agar mampu melepaskan diri dari belenggu masa lalu. Tak ada satu detik pun yang terjadi di semesta ini kecuali Allah yang telah menentukannya. Seterusnya, kita menyikapinya dengan keimanan, menerimanya dengan keridaan.
Jangan sampai hidup ini berhenti berpacu karena terpaku masa lalu!
Biarlah dia dengan segala kenangannya menjadi halaman kisah di lembaran hari kemarin. Mulai hari ini, saat ini fokuskan diri untuk mengisi lembaran-lembaran yang baru dengan mengukir sejarah yang indah dengan karya-karya istimewa.
Melangkah meneruskan hidup.
Tentang masa lalu, serahkan saja pada Penulis kisah hidup kita, Allah Subahannahu wa Ta'ala.Â
Dari-Nya selalu yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H