Dari 2 Capres yang berlaga di Pilpres kali ini, 1 Capres telah mengisi misinya dengan angka-angka yang fantastis dan sangat berbeda dengan RPJM tahun 2010 - 2014, peningkatan masing-masing pos melebihi angka 20% dan sangat jauh dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi yang berkisar 5 - 6%.
Menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
RPJM nasional saat ini oleh Pak Beye disusun berdasarkan rezim penganggaran partisipatif, sehingga belanja negara diluar belanja rutin disusun dari proses Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrebang) yang berlangsung dari hampir 75 ribu desa dan kecamatan, yang kemudian dijadikan dasar bagi 497 Kabupaten/Kota menyusun RPJM Kabupaten/Kota dengan menambah usulan dari belanja masing-masing dinas dan badan di Kabupaten/Kota. Hal yang sama dilakukan di tingkat Propinsi dalam Musrebang Propinsi dan pada akhirnya pada tahun 2014 seluruh hasil Musrebang Propinsi dalam bentuk RPJM Propinsi dirangkum bersama RPJM Kementerian dan badan Menjadi RPJM Nasional yang saat ini masih digodok oleh Bapenas dan Bapeda Propinsi Seluruh di Indonesia.
Bagaimana proses yang telah dibangun dalam pembuatan anggaran Desa ?
Pembangunan Desa merupakan pembangunan yang benar-benar partisipatif karena usulan pendanaan kepada Pemerintah Kabupaten (APBD Tk II), Propinsi (APBD Tk I) dan Pusat (APBN - PNPM Mandiri) dilakukan berdasarkan rembug desa (Musrebang Desa), dalam rembug desa tersebut masing-masing warga desa memiliki usulan tentang pembangunan, mulai dari pengerasan jalan, bedah rumah, pembangunan rumah ibadah, fasilitas umum, jembatan, mlengseng, pembuatan irigasi dll, dan selama orde reformasi inilah yang selalu dilakukan oleh warga desa, tahun ini apa, tahun depan apa sampai dengan 5 tahun berikutnya. Usulan ini kemudian diusulkan ke kecamatan dalam Musrebang Kecamatan yang melibatkan Perangkat Kecamatan dan Perangkat Desa, tidak semua usulan dalam RPJM Desa disetujui, ada beberapa poin yang dihapuskan dan dikembalikan dan kemudian dikukuhkan menjadi RPJM Desa. Inilah yang menjadi dasar bagi pembentukan RPJM Nasional.
Drama dalam Rembug Desa (Musrebang Desa)
Musrebang Desa atau dikenal dalam Rembug Desa merupakan sebuah proses yang rumit dan "berdarah-darah"... setiap kelompok baik yang mengastanamakan dusun dan organisasi kemasyarakatan, misalnya karang taruna, ibu-ibu pengajian, takmir, SSB semuanya ngumpul jadi satu gontok-gontokan untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing, semua usulan dari masing-masing kelompok masyarakat ditampung dicatat dan ditampilkan, yang menjadi seru sampai terjadi aksi lempar kursi dan meja, musuhan dan blok-blokan adalah saat menentukan skala prioritas, Mbah Kaji mengusulkan paving emperan Mushala merasa urusan akherat lebih penting dari sekedar paving lapangan futsal, sedangkan para pemuda merasa lebih penting pemuda yang sehat dari pada pinter ngaji tapi ngrik-ngriken... mulailah terjadi saling kutuk-dan otot-ototan..... Pak Noto Lurah dan Cak Sani BPD .. adalah pihak yang paling pusing.. skorsing bisa berkali-kali untuk rembugkan... yang pada akhirnya untuk fasilitas yang bisa ditalangi lewat urunan, dan Mbah Kaji tersenyum  karena urusan Mushala di ambil dari Swadaya...... hasil otot-ototan inilah yang dibawa terbang ke Jakarta disusun menjadi RPJM Nasional... jadi RPJM Nasional merupakan hasil otot-ototan seluruh rakyat di masing-masing Desa, Kelurahan, Kampung, Nagari dll
Apa Kaitannya RPJM dengan Misi Capres
Misi capres saat ini berisi hal yang mendetail bahkan sampai pada mata anggaran, terlihat cerdas memang. tetapi saya berpikir capres ini tidak memiliki pemahaman tentang anggaran partisipatif dan telah menyepelekan hasil gontok-gontokan jutaan rakyat dalam rembug desa, yang telah disusun selama ini, berbagai janji anggaran yang dikobarkan menunjukkan dia lebih suka membual dari pada menyampaikan realitas... Dampak anggaran partisipatif bagi desa kami sangat luar biasa, seluruh keluarga telah memiliki MCK dengan bagunan rumah minimal semi permanen.... Balai desa megah... dan tahun depan kami memiliki gedung pertemuan yang berfungsi juga sebagai gedung olah raga, jalan desa beraspal dan jalan penghubung minimal makadam (kecuali ada capres yang memporak-porandakan RPJM)... karena saat dicoret dari RPJM, swadaya kami bersambut dengan CSR dan PNPM mandiri... sehingga yang kami impikan tetap berjalan.
Sedih .... melihat orang ber IQ 152 ngomong seenaknya dengan berbagai janji (palsu)... anggaran yang kami ajukan kemaren aja dipotong untuk beberapa item padahal masih kurang dari 500 juta dengan alasan DAU dan DAK pusat turun karena anggaran defisit, cukai gudang garam turun .... dan ini menjanjikan 1 Miliar... anda bisa melanjutkan RPJM pak Beye dan membuat kami memiliki Gedung Serbaguna baru aja kami sudah bersyukur... nggak usah yang ndakik-ndakik....
Pesan Lek Basiyo : "Lek enek Wong Pinter ngomonge Banter, kuwi biasa... lek enek Wong Pinter playune Banter, kuwi baru luar biasa.... mangkane Wong pinter kuwi biasane dadi guru opo dalang... Soale senengane omong-omong karo imajinasine ora karo menungso" (Orang pandai itu bicaranya keras itu biasa, tetapi kalau ada orang pandai bisa bekerja keras itu luar biasa, makanya orang pandai biasanya jadi guru atau dalang, karena suka ngomong dengan imajinasinya bukan dengan manusia)
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H