Disclaimer : Tulisan ini bertujuan untuk memojokkan salah satu kelompok yang secara serakah ingin berkuasa secara politik dan ekonomi untuk selama-lamanya di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta.
Pemilu legeslatif yang Seru
Sedikit demi sedikit kedaulatan rakyat semakin menguat seiring dengan semakin tingginya partisipasi rakyat dalam pemilu, gerakan-gerakan ekstra parlementer semakin menyusut. Demonstrasi kecuali yang dimotori oleh buruh semakin meredup dan semakin santun, kecuali di Makasar tentunya yang memang karena hobi .. ndak polisinya, ndak mahasiswanya yang sama-sama hobi rame.
Rakyat semakin sadar, kalau mereka bisa menghukum pecundang yang tanpa sengaja nyasar ke gedung dewan, gerakan rakyat sudah bukan lagi mendukung calon yang difavoritkan tetapi juga menghadang calon yang dianggap tidak layak, walaupun prosesnya kadang tidak mudah, dan masih ada saja yang nyasar ke gedung dewan, misalnya ada anak kemaren sore dengan modal 8M berhasil mengumpulkan surat-surat suara dari TKI dan membuat dirinya seolah-olah menang di Jakarta..hemmmm.... nggak papa namanya aja usaha.
Rakyat semakin tahu dan semakin paham tentang siapa yang akan dipilih, walaupun kadang kala masih banyak rakyat yang lebih memilih partai sebagai bentuk dari representasi ideologinya, tapi pada pemilu kali ini khususnya pemilu legeslatif benar-benar ramai, bukan hanya saat kampanyenya tetapi juga saat perhitungan suaranya, jumlah suara bisa melompat-lompat, bahkan ada seorang ibu caleg yang se partai dengan si anak kemaren sore mencoba membeli suara secara borongan dari KPPS, wow ....!!!
Hingar bingar Pileg ..bikin banyak orang stress, yang hutang ke bank sampai tengkulak tak terhitung jumlahnya, saling jegal antar partai sampai saling jegal antar kader separtai menjadi tontonan yang seru.. dan rakyat hanya tersenyum kecut meliat perilaku mereka, setelah dilakukan penetapan hasil perhitungan suara semua partai ramai-ramai mendaftarkan gugatan ke MK, jutaan berkas mampir ke MK untuk diperiksa oleh para hakim konstitusi.. ada yang ditolak, ada yang diterima dan ada yang pemilu ulang...
Tapi rakyat tidak memperdulikan, pandangan rakyat sudah beralih dari hingar bingar dan haru biru pemilu legeslatif, menuju sosok-sosok yang akan menghiasi dinding depan ruang-ruang kelas sampai kantor-kantor pemerintah, yah selama ini mungkin di benak sebagian rakyat milih presiden cuma itu fungsinya.. mencari sosok-sosok yang gagah atau tampan yang pantas dipajang disana...
Selera Rakyat yang Berubah
Pada Pemilu Presiden ini rakyat disuguhi dengan 2 calon yang sebenarnya kalau selera rakyat tidak berubah akan sangat mudah menentukan pilihan, calon pertama Prabowo Subianto, tegap, kekar dan ganteng .. sama seperti selera rakyat sebelumnya kecuali masalah tinggi badan yang terbatas, sedangkan calon yang kedua Joko Widodo, tinggi dan ceking.. beda sekali dengan stereotype masyarakat tentang Presiden selama ini. Jika pandangan rakyat tetap, maka dapat dipastikan Prabowo yang menang.
Ternyata rakyat Indonesia telah berubah, dalam Pemilu Presiden ini tiba-tiba rakyat larut dalam fanatisme dan euforia Pilpres, rakyat yang biasanya "disumbang" kali ini malah menyumbang untuk capres pilihannya, kecuali tim Prabowo Subianto menolak sumbangan dari masyarakat secara langsung dan terbuka... kalau tidak langsung dan terbuka... siapa yang tahu? Tapi yang jelas pada Pilpres ini rakyat benar-benar menikmati sebuah pesta demokrasi, tidak ada yang rusuh.. pertempuran fisik hampir tidak ada, kecuali di Jogja yang ada sedikit masalah bertukar batu, tapi secara umum semuanya damai, kalau perang dingin antar pendukung, buanyak !! tapi ya tetap dingin.
Hasil quick count dari lembaga kredibel menunjukkan si ceking yang menang..oooo... ternyata selera rakyat telah berubah, tapi tunggu dulu ada 4 lembaga survey lain yang menyatakan si ganteng yang menang, mana yang benar? yang benar kompas TV dan Trans Media yang menampilkan semuanya. Akhirnya rakyat menunggu keputusan KPU, Tim Joko Widodo yang sempat melakukan deklarasi akhirnya menunggu keputusan KPU, sementara itu menjelang pengumuman kelompok Tim Prabowo Subianto melakukan kebaktian syukuran karena sudah menang berdasarkan hasil real count dari PKS, ups ...PKS Kebaktian? bukan, kelompoknya yang kebaktian...
Akhirnya 22 Juli 2014, KPU menetapkan hasil Pilpres, Joko Widodo menang.... seluruh relawan Joko Widodo bersoak sorai, tapi sesuai dengan kesepakatan tidak ada yang turun ke jalan, pidato kemenanganpun dilakukan ditempat terpencil di pinggir laut, katanya untuk mendukung semangat kemaritiman... serba sunyi, tidak ada hingar bingar, malah kelompok Prabowo Subianto yang hingar bingar ... riuh rendah ... ada yang mendesak Allah SWT, bahkan ada yang percaya Allah SWT telah menitis ke diri sang capres.. mulai dari mobil lapis baja yang membawa berkas bukti sampai dukun yang memukul - mukul pilar-pilar di MK.... tetapi semuanya berteriak dengan nada yang sama KPU curang, tidak legitimate dan tidak syah..akhirnya masalah Pemilu melaju ke MK...
Bungkam Suara Rakyat lewat Delegitimasi KPU
Hujatan kepada KPU mengalir deras, hampir setiap hari di semua media ada pernyataan bahwa KPU tidak legitimate, KPU Curang dll, apa yang telah dilakukan KPU untuk mendorong Pemilu lebih demokratis seolah tidak ada artinya lagi, komisioner KPU yang bekerja siang malam untuk mengawal pemilu .. benar-benar menguap ditengah serangan media yang gencar .. membuat rakyat bertanya-tanya apakah benar KPU telah curang trus untuk apa curang? Trus untuk apa ada pemilu kalau KPU-nya curang? Rugi dong kalo ikut Pemilu...
Partisipasi dari rakyat yang luar biasa dalam Pemilu telah membuat ciut nyali kartel-kartel politik dan ekonomi, mereka sangat takut jika rakyat selalu sadar dalam melaksanakan pemilu dan berpartisipasi bukan hanya dalam memilih tetapi juga menggerakan mesin-mesin kampanye.., ini berbahaya bagi kelanggengan kekuasaan mereka, pasti akan ada banyak orang-orang "baru" yang menyusup dalam bidang yang mereka kuasai.
Jalan satu-satunya untuk melanggengkan kekuasaan mereka adalah dengan membuat rakyat tidak percaya kepada penyelanggara pemilu, munculnya ketidak percayaan rakyat akan memberikan efek antipati pada penyelenggaraan pemilu, yang berarti mereka dengan leluasa dapat menggerakkan mesin-mesin politiknya tanpa ada perlawanan, karena rakyat akan membiarkan saja apa yang terjadi. Kondisi ini pernah terjadi pada masa Pemerintahan Orde Baru, pada masa itu Pemilu bukanlah hal yang dianggap menarik karena yang menang pasti Golkar, dan yang ditunggu cuma siapa pemenang Pemilu di DKI, karena hanya di DKI kecurangan oleh para penyelenggara pemilu tidak berjalan dengan masif dan terstruktur.
Mau tidak mau harus diakui bahwa kelompok rakyat yang selama ini "mencueki" pemilu adalah kelas menengah, karena kesejahteraan yang mereka rasakan tidak bersentuhan dengan sistem politik secara langsung sehingga ada pameo "pemilu itu tidak mengenyangkan". Entah kesurupan setan mana, pada pilpres kali ini terjadi pertempuran yang seru antar kelompok di kelas menengah, aktor-aktor relawan di kedua kubu berasal dari kelompok kelas menengah, yang harus diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap kelompok kelas bawah, seorang Bos dari perusahaan kecil yang hanya memiliki karyawan bijian sampai belasan tentu dengan mudah meyakinkan karyawannya untuk memiliki orientasi yang sama dalam pemilu, termasuk dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pemilu.
Tuduhan yang diarahkan bahwa KPU Curang mau tidak mau menggiring opini rakyat bahwa telah terjadi kecurangan pada KPU apalagi intensitas brain stroming yang diberikan oleh Margurito dkk pada media Viva dan MNC Group sangat tinggi. Paling tidak sebagian besar kelas menengah di kubu Prabowo Subianto sudah dapat diyakinkan bahwa "KPU Curang", tinggal menunggu keputusan MK, jika MK memenangkan Prabowo - Hatta maka dari kelompok kelas menengah kubu Joko Widodo pasti akan muncul persepsi "MK Curang", tetapi andaikan Joko Widodo yang menang maka hembusan "MK Curang" akan berasal dari lawannya dan didukung oleh medianya.
Jika "MK Curang" dan "KPU Curang"
Inilah yang ingin dibangun oleh kelompok kartel politik dan ekonomi, mereka yang saat ini menguasai bisnis energi dan pangan sangat berkepentingan dengan munculnya persepsi ini, bahkan untuk melanggengkan kekuasan mereka dalam bisnis yang fundamental ini mereka bersedia untuk membuat media atau mengakuisisi media mainstream yang diharapkan dapat mengubah persepsi. Antusiasme masyarakat terhadap Pemilu harus dipangkas, karena dapat menyulitkan mereka, jika semakin banyak satria-satria piningit baru yang muncul kepermukaan. Tidak semua satria piningit ini dapat dibungkam dan dirubah jadi Limbuk atau gareng piningit dengan harta atau wanita, kadang kala mereka hanya mau dengan tahta... inilah yang membutuhkan biaya besar dan mempersulit keuangan mereka.
Membangun persepsi "MK Curang" dan "KPU Curang" merupakan cara yang murah dan mudah untuk memalingkan muka rakyat dari kedaulatannya, sehingga kemunculan para satria piningit ini dapat diredam dan kebijakan pangan serta energi dapat mereka kendalikan sesuai dengan kepentingannya... tentunya beserta kebijakan perpajakan. Rasa antipati rakyat khususnya dari kelas menengah akan memberikan keleluasaan bagi mereka untuk merebut kekuasaan politik dan pastinya akan diikuti oleh kekuasaan ekonomi pada sektor yang fundamental (pangan dan energi).
Pentingnya Membangun Persepsi Positif
Menyikapi upaya ini, sangat penting membangun persepsi positif, baik kepada KPU maupun kepada MK. Apapun yang menjadi keputusan MK hendaknya tidak menjadikan kita antipati terhadap para penyelenggara dan hakim Pemilu. Kalau Prabowo Subianto dinyatakan menang, ini berarti memang ada kesalahan KPU dalam perhitungan bagaimanapun akan sangat sulit menghitung ratusan kertas suara, kalau Joko Widodo yang menang harus diyakini bahwa MK telah memberikan keputusan yang sesuai dengan fakta, dan jika Pemilu ulang berarti memang ada hal-hal yang perlu dikoreksi untuk kebaikan bersama.
Membangun persepsi positif ini penting agar kita tidak dipalingkan dari hak kita untuk berdaulat dan kita tetap yakin dan antusias dalam memberikan dukungan pada pelaksanaan Pemilu.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahNya untuk kita semua
Merdeka !!! - Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H