Pemandian air panas Guci yang berada di kaki Gunung Slamet, tepatnya berada di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata, tetapi juga dipercaya sebagai tempat ritual untuk mengharapkan berkah dan keberuntungan. Berbagai profesi dengan segenap pengharapan baik yang berasal dari wilayah setempat maupun dari berbagai daerah lain berbondong-bondong mendatangi pemandian air panas Guci demi melakukan ritual sakral dengan harapan terkabulnya doa dan pengharapan mereka, melalui prosesi pemandian di air panas penyepuhan dan pengasihan.
Ritual pemandian air panas di Guci dimulai dengan ritual mandi di air panas penyepuhan yang dipercaya data mengobati berbagai macam penyakit. Jujur, saat aku kecil, sekitar usia sekolah dasar, aku pun menjalani ritual ini. Pada saat itu aku mengalami penyakit gatal-gatal kulit di kaki, dan diajak untuk mandi air panas di Guci yang dipercaya bisa mengobati penyakit kulit. Ketika aku beranjak dewasa dan memasuki bangku SMA, aku sempat terpikir, kepercayaan akan hal tersebut mungkin saja karena kandungan air panas Guci yang mengandung belerang dari kaki Gunung Slamet. Secara saintifik, belerang memang memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan kulit ya.
Ritual berikutnya adalah mandi di air panas pengasihan dipercaya dapat membantu mengabulkan permintaan pengunjung, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan, usaha dan jodoh. Narasi-narasi ini yang telah melekat dengan obyek wisata Guci menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai daerah.
Selain narasi-narasi penyepuhan dan pengasihan, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tegal terus berupaya mempromosikan obyek wisata Guci dengan berbagai kegiatan seni budaya tradisi setempat. Misalnya saja, pada bulan Agustus tahun ini, telah diselenggarakan Festival Ruwat Bumi Guci, dengan berbagai rangkaian acara seperti pagelaran seni budaya, ngadusi wedus kendit (memandikan kambing kendit), sembelih wedus kendit (menyembelih kambing kendit), kirab gunungan, upacara adat, ruwat bumi dan ngrayah berkah (saling berebut berbagai macam makanan, uang, beras atau pun barang-barang yang disebarkan oleh penyelenggara acara).
Obyek wisata Guci pun terus dibenahi, terutama akses transportasi yang lebih mudah dan nyaman sehingga bisa menjadi desa wisata ramah berkendara bagi para wisatawan. Berbagai macam festival budaya tradisi yang diselenggarakan semoga bisa menjadi ajang Festival Kreatif Lokal yang digagas Adira Finance untuk merayakan kepemilikan gen kreatif masyarakat Indonesia serta memulihkan perekonomian Indonesia. Dengan Festival Kreatif Lokal diharapkan pelaku kreatif bisa terus berkembang dan membawa desa wisata semakin dikenal baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H