Pada beberapa pekan sebelumnya, mahasiswa KKN 38 UMD telah membangun rumah sampah yang dialokasikan untuk membuat ruang tempat menimbang dan memilah sampah. Bangunan tersebut di bangun dengan membuat kerangka luar menggunakan bambu yang di rakit dan diberi banner bekas guna melindungi sampah dari air hujan.Â
Kedepannya, bangunan tersebut akan di beri dinding dengan banner agar tertutup sepenuhnya, tujuannya untuk menghalangi air hujan menggenang di sampah-sampah yang telah terkumpul.
Mahasiswa telah mengumpulkan sampah berupa gelas dan botol bekas air mineral yang ada dilingkungan sekitar. Jika senggang mahasiswa yang tidak ikut proses pembangunan bank sampah dan penggalian jurang melakukan proses memisahkan antara tutup gelas, dengan badan gelas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai jual dari gelas plastik tersebut.Â
Usai sosialisasi dari rumah ke rumah yang dilakukan mulai hari Senin 07/02/2023 hingga Selasa 08/02/2023, warga desa mulai berinisiatif mengumpulkan sampah guna menukarkan dengan uang. Modal awal penukaran sampah ialah dengan menukar sampah dengan bibit pohon. Tujuannya, dengan lingkungan yang bersih, warga akan memiliki ruang lebih untuk menanam pohon dipekarangan tempat mereka membuang sampah sebelumnya. Berikut bibit yang akan ditukarkan sebagai pengganti uang:
1. petai 43 bibit
2. Duren 40 bibit
3. Tabebuya 10 bibit
4. Glodokan Tiang 42 bibit
5. Sirsak 20 bibit
6. Matoa 16 bibit
7. Kayu putih 37 bibit
8. Asam 13 bibit
9. Nangka 10 bibit
10. Trembesi 19 bibit
(red/sr)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H