Akses Commuter line memudahkan para remaja Bojong Gede (Bonge dari kata Bojong Gede), Citayam dan Bogor sekitarnya untuk bisa main di kawasan paling elit, paling sibuk di Ibukota. Bahkan remaja dari Bekasi dan Tangerang pun bisa punya akses menuju daerah ini.
Meledaklah kawasan ini menjadi hits dan menjadi daerah yang (seakan) wajib dikunjungi para konten kreator. Sebenar ada beberapa lokasi yang sempat tenar dan jadi sasaran konten kreator.Â
Misal jembatan "melintir warna-warni" dikawasan Senayan, saya gak tau harusnya menyebut apa, tapi ini adalah JPO akses menuju halte trans. Lalu ada juga JPO Phinisi yang juga jadi lokasi paling dicari. Tapi semua tenggelam ketika Citayam Fashion Week melanda ibukota.
Citayam Fashion Week memanfaatkan zebra cross sederhana yang bisa kita temui dimana saja, menjadi tempat lenggak-lenggok semacam runaway di dunia fashion.Â
Zebra cross yang panjangnya tidak lebih dari 10 meter itu jadi fenomenal yang akhirnya terpaksa dibubarkan karena sudah meresahkan pengguna jalan.
Di area sekitar zebra cross, para pemuda dengan dandanan nyentrik berjalan kesana-kemari tanpa sungkan, tanpa terintimidasi diantara "selangkangan" gedung-gedung tinggi yang (seakan) memandang rendah kearah mereka.Â
Semakin hari, semakin tidak bisa dibendung, diawal hanya ada pemuda pinggiran, berubah menjadi para konten kreator kawakan mencari peruntungan membuat konten di daerah tersebut.Â
Salah? tentu tidak, lokasi yang sama, tema yang sama justru membuat para konten kreator handal ini berfikir bagaimana konten mereka berbeda dari yang lain. Atau minimal berbeda dari para penggagas awal Citayam Fashion Week.
Nasib Bonge dan Jeje Selanjutnya
Tidak ada yang tahu nasib akan membawa kemana, Bonge yang hanya sekolah sampai kelas 3 SD, pengamen jalanan, akhirnya bisa membahagiakan orang tuanya.Â
Mimpi Bonge ingin mengajak si Ibu ke Mekkah, sebuah mimpi yang tidak hanya dimiliki Bonge seorang, saya pun punya mimpi seperti itu.