Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Freelance Worker for Photography, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menanti Babak Baru Bonge-Jeje CS Pasca Pembubaran Citayam Fashion Week

29 Juli 2022   21:08 Diperbarui: 31 Juli 2022   01:30 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari sekian banyak spot estetik di Jakarta, kenapa harus di Dukuh Atas? (photo/pribadi)

Akses Commuter line memudahkan para remaja Bojong Gede (Bonge dari kata Bojong Gede), Citayam dan Bogor sekitarnya untuk bisa main di kawasan paling elit, paling sibuk di Ibukota. Bahkan remaja dari Bekasi dan Tangerang pun bisa punya akses menuju daerah ini.

Meledaklah kawasan ini menjadi hits dan menjadi daerah yang (seakan) wajib dikunjungi para konten kreator. Sebenar ada beberapa lokasi yang sempat tenar dan jadi sasaran konten kreator. 

Misal jembatan "melintir warna-warni" dikawasan Senayan, saya gak tau harusnya menyebut apa, tapi ini adalah JPO akses menuju halte trans. Lalu ada juga JPO Phinisi yang juga jadi lokasi paling dicari. Tapi semua tenggelam ketika Citayam Fashion Week melanda ibukota.

Dari sekian banyak spot estetik di Jakarta, kenapa harus di Dukuh Atas? (photo/pribadi)
Dari sekian banyak spot estetik di Jakarta, kenapa harus di Dukuh Atas? (photo/pribadi)

Citayam Fashion Week memanfaatkan zebra cross sederhana yang bisa kita temui dimana saja, menjadi tempat lenggak-lenggok semacam runaway di dunia fashion. 

Zebra cross yang panjangnya tidak lebih dari 10 meter itu jadi fenomenal yang akhirnya terpaksa dibubarkan karena sudah meresahkan pengguna jalan.

Di area sekitar zebra cross, para pemuda dengan dandanan nyentrik berjalan kesana-kemari tanpa sungkan, tanpa terintimidasi diantara "selangkangan" gedung-gedung tinggi yang (seakan) memandang rendah kearah mereka. 

Semakin hari, semakin tidak bisa dibendung, diawal hanya ada pemuda pinggiran, berubah menjadi para konten kreator kawakan mencari peruntungan membuat konten di daerah tersebut. 

Salah? tentu tidak, lokasi yang sama, tema yang sama justru membuat para konten kreator handal ini berfikir bagaimana konten mereka berbeda dari yang lain. Atau minimal berbeda dari para penggagas awal Citayam Fashion Week.

Nasib Bonge dan Jeje Selanjutnya

Tidak ada yang tahu nasib akan membawa kemana, Bonge yang hanya sekolah sampai kelas 3 SD, pengamen jalanan, akhirnya bisa membahagiakan orang tuanya. 

Mimpi Bonge ingin mengajak si Ibu ke Mekkah, sebuah mimpi yang tidak hanya dimiliki Bonge seorang, saya pun punya mimpi seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun