Di Taman Eden 100 selain bisa melihat Andaliman, tanaman endemik yang hanya bisa tumbuh di wilayah Toba, kita juga bisa menikmati air terjun dengan air yang sangat jernih dan bisa diminum langsung tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
Jika sudah lelah berkeliling, kita bisa rehat sejenak di kedai kopi tengah hutan. Kita bisa menikmati pisang goreng hangat dan kopi panas ditemani suara gesekan daun yang ditiup angin lembah di siang hari.
Di Taman Eden 100 ini, saya menanam bibit Andaliman yang saya beri nama Dahayu Hadiya Raji, mendiang jagoan kecil kami. Tumbuh dan berkembang di Toba ya Day, semoga ayah dan ibu bisa main ke Taman Eden 100.
Menu Ayam Taliwang Juru Damai Perang Antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karangasem
Mencari Asal Usul Silalahi di Desa Silahi
Perjalan kami di Toba kembali berlanjut, tujuan berikutnya adalah desa Silahi. Kalau selama beberapa hari ini kami hanya bisa melihat Danau Toba dari kejauhan, di desa Silahi kami bisa melihat sangat dekat kehidupan masyarakat pesisir Danau Toba.
Sebuah pemandangan yang jarang saya lihat di pagi hari, 2 orang nelayan melempar jaring di air yang tenang di tengah Danau Toba. Mendayung pelan tapi pasti seakan sudah ada jalur untuk sampan nelayan menuju kearah yang dia mau.
Kalau saja ikan nila goreng tadi malam itu berasal dari nelayan pesisir Danau Toba, maka tidak heran kalau rasa ikannya segar terlebih dipadu sambal andaliman khas dari Toba yang segar karena diracik dengan jeruk nipis.
Di desa Silahi ada makam Raja Silahisabungan dan sebuah tugu besar yang disekelilingnya bercerita mengenai sejarah marga Silalahi.
Jujur saya kagum dengan masyarakat sekitar yang menjaga sejarah silsilah keluarga, di muslim kami menyebutnya nasab atau silsilah keturunan. Saya yakin tujuan mendirikan tugu tersebut agar generasi penerusnya bisa dengan mudah mempelajari. Selain tugu mereka juga mempunyai buku mengenai silsilah yang hanya dipegang oleh beberapa orang.