Kalau boleh jujur, jika hanya mengandalkan kekayaan alam dan kuliner apa yang membedakan wisata Toba dengan destinasi lainnya? Bali punya keindahan alam yang luar biasa, daerah Jawa punya kuliner yang beragam, lalu apa yang membedakan?
Saya berkesempatan untuk berbincang dengan Ibu Ir.Rizky Handayani Mustafa, MBTM Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (event) Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang di dampingi oleh ibu Masruroh, S.sos., MAB sebagai Direktur Wisata Pertemuan Insentif, Konvensi dan Pameran Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (event).
Beliau banyak bercerita mengenai harapannya terhadap wisata Danau Toba. Destinasi Super Prioritas (DSP) Danau Toba nantinya akan dikembangkan dengan mengedepankan konsep pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan berbasis alam dan budaya. Tidak hanya menjual keindahan alam tapi pelestarian alam. Tidak hanya melihat kafe atau restoran modern tapi lebih ke pengenalan budaya melalui kekuatan story telling masyarakat Toba yang gemar berkomunikasi.
Tidak heran kalau rute perjalan kami di Danau Toba diatur sedemikian rupa agar bisa merasakan pariwisata yang ramah lingkungan dan kaya akan histori kebudayaan Danau Toba.
Taman Eden 100
Siapa sangka lahan konservasi yang sangat luas, rimbun dengan pohon tinggi, hijau karena beraneka tanaman dan sering menjadi saran edukasi para peniliti lingkungan ini adalah milik pribadi atau perorangan yang peduli akan kelestarian lingkungan di Danau Toba.Â
Marandus Sirait, pendiri Taman Eden 100 bercerita mengenai asal usul penamaan Taman Eden 100.Â
"Taman Eden adalah sebuah taman dimana manusia, tumbuhan, hewan hidup saling berdampingan. Sementara 100 adalah jumlah jenis tanaman awal yang ada di taman Eden ini" Ujar Marandus Sirait.
"Kalau sekarang, kemungkinan besar jumlahnya lebih dari 100 jenis tanaman, salah satunya tanaman endemik Danau Toba yaitu Andaliman".
Marandus Sirait beberapa kali mendapat penghargaan dibidang pelestarian lingkungan dari pemerintah, lucunya beberapa medali yang beliau dapat dari penghargaan itu dijual untuk membeli bibit tanaman.
"Kalo hanya medali buat apa? Tidak berguna bagi lingkungan. Dan yang jadi pertanyaan kenapa atlit jika juara dapat apresiasi uang tunai dengan jumlah yang cukup banyak, sedangkan para pelestari lingkungan tidak? Marandus tertawa lepas saat mengutarakan fakta tersebut ketika berbincang dengan kami.