Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Freelance Worker for Photography, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hoaks Tak Berujung di Masa Pagebluk yang Tak Kunjung Meredup

21 Juli 2021   16:50 Diperbarui: 22 Juli 2021   08:53 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ke-9 isolasi mandiri, yeepps saya sedang mengisolasi diri saya di sebuah ruangan berbentuk kubus dilantai 15. Seorang kawan dengan baik hati, memberikan tempatnya untuk kami mengungsi agar tidak resiko menularkan ke orang tua sepuh di rumah, jika kami tidak segera keluar.

Saat ini saya tidak akan cerita banyak mengenai isolasi mandiri, bagaimana rasanya virus sialan ini "numpang hidup" atau apa saja yang saya lakukan selama 9 hari lalu, mungkin lain kali kalau nafas ini sudah bisa diajak bekerjasama.

Ada satu hal yang ingin saya "muntahkan" sudah lama tapi masih ditahan-tahan, karena takut ada yang tersinggung. Tapi setelah saya terkonfirmasi positif, saya jadi sebodo amat, kalau ada yang tersinggung. Yaitu mengenai, berita hoaks tentang pandemi yang tersebar dimedia sosial dengan sangat banyaknya dan sangat membahayakan dan menghambat perjuangan kita menyelesaikan pandemi ini.

Jadi beberapa waktu lalu saya diberitahu seorang kawan mengenai sebuah akun media sosial yang isinya provokatif lebih tepatnya membodohi kita semua terkait informasi covid-19. Dan yang berhasil dibodohinya pun tidak sedikit, buaanyaakk..!! saya sebut akun anonim dengan sebutan endoooghboeseok (maap esmosi), karena mereka berhasil membuat saya emosi diawal, walau akhirnya saya berfikir, buat apa?

Toh dari postingan mereka bisa kelihatan, seberapa dalam otak mereka dan orang-orang yang mempercayainya.

Contoh sederhana postingan mereka narasinya adalah, saat piala Eropa para penonton udah gak pakai masker, berarti covid memang tidak ada, dan kita dibodohi.

Bahhh..!! Kalian gak lihat pertandingan piala Amerika penontonnya seramai apa di stadion? Sepi boosss, trus kenapa di Eropa udah boleh lepas masker dan hadir ke stadion? Cari sendiri informasinya biar pinter, udah banyak literasi dari sumber tervalidasi.

Saya punya teman Indonesia yang menetap di Jerman sampai bilang akun endoooghboeseok ini bahaya banget, sempat bilang bahwa di Jerman bebas-bebas aja karena covid nggak ada. Kenyataannya, hampir disebagian besar Jerman melakukan protokol kesehatan yang ketat dan melakukan vaksinasi sampai akhirnya sedikit demi sedikit mulai bisa hidup normal kembali.

Membahas hoaks tentang vaksin nggak kalah ngeri dan makin gak masuk akal. Ada yang bilang vaksin itu memasukkan penyakit kedalam tubuh, vaksin itu adalah chip agar kita bisa dikontrol atau dipantau, sampai ada yang nyebar vaksin ini dibuat untuk membunuh secara acak karena ada beberapa kasus setelah divaksin, pasien meninggal dunia.

Saya tarik nafas sebentar dulu ya sebelum menjelaskan,...

Jadi gini, konsep vaksin bukan memasukaan penyakit kedalan tubuh. Jadi kalau ada ada yang habis vaksin, 1 atau 2 hari kemudian dia positif berarti dia terinfeksi sebelum Vaakkssinnn...!! PAHAMMM GAAKK..!? BUKAN GARA-GARA VAAKSINNYYAA. 

Kalau tertular saat sedang vaksinasi bisa gak? Karena harus antrian dengan orang banyak? Bisa aja, tapi bukan karena kandungan vaksinnya yang membuat kita jadi positif.

Terus vaksin itu adalah chip, haduhhh kebanyakan nonton ROBOCOP, Starwars, Avengers atau apalah orang-orang yang percaya sama hoaks ini. Beruntung saya punya teman-teman yang malah menjadikannya objek becanda media sosial, "Broo ijin ya broo,... Gw mau pasang chip dulu, biar ngambil duit di ATM Cuma nempelin jidat doang".

Terkait isu pasien yang meninggal setelah divaksin, harus diakui memang ada. Tapi bukan berarti vaksin ini dibuat untuk membunuh, adapun kasus meninggal lebih karena faktor kesehatan pasien yang sedang dalam kondisi kurang maksimal saat vaksinasi.

Agar kita tidak terjebak mendapatkan dan menyebarkan hoaks ada baiknya referensi sumber beritanya dari media mainstream atau para ahli yang benar-benar terpercaya. Ataupun dari webinar yang sering diadakan kementerian bekerjasama dengan beberapa LSM atau universitas. Seperti webinar yang saya ikuti beberapa waktu lalu yang mengangkat tema "No Hoax: Vaksin Aman Hati Nyaman", kerjasama antara Ditjen IKP Kominfo dan Prodi Ilmu Komunikasi UPH.

Beberapa ahli yang yang menjadi narasumbernya adalah Prof. Dr. Widodo Muktiyo (Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa, Kemkominfo), dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid. (Juru Bicara Vaksinasi COVID-19, Kementerian Kesehatan), dan Dr. Benedictus A. Simangunsong, S.IP., M.Si. (Ketua Prodi Magister Komunikasi UPH).

webinar-hoaks-60f8cf8d1525100edd27b292.png
webinar-hoaks-60f8cf8d1525100edd27b292.png
Melawan pandemi ini tidak bisa dengan mempercayai hoaks dan ikut menyebarkannya, karena itu justru memperparah. 

Kita harus bersama-sama mulai dari yang sederhana yaitu disiplin protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak. Sektor lain biar dipikirkan oleh pemerintah daerah maupun pusat, sambil kita terus berdoa kepada Tuhan agar selalu diberikan kemudahan.

Sebelum berperang, kita harus ikhlas mengakui bahwa virus ini ada, lalu menerima takdir bahwa pandemi ini cobaan yang diberikan Tuhan agar kita menjadi sosok yang lebih baik.

Siap berperang? Saya selalu siap, biar tidak adalagi PPKM diantara kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun