"Kenapa lagu yang kita bikin liriknya tiba-tiba jadi kenyataan ya?" Ujar Trie Utami di sela-sela konser Musical Journey of Krakatau, di sambut tawa oleh seluruh personil Krakatau dan 500 penonton yang hadir di Titan Center malam itu.
Sabtu 8 Februari 2020, saya berkesempatan hadir di konser yang bertajuk Musical Journey of Krakatau,sebagai salah satu perwakilan dari KETAPELS (Kompasianer Tangerang Plus). Komunitas penulis Kompasiana yang berdomisili di wilayah Tangerang dan sekitarnya.
Jujur saya tidak mengikuti perkembangan group musik beraliran Jazz Fusion ini, karena saat mereka terbentuk, saya (mungkin) belum sekolah. Dan saat itu genre musik masih dikuasai oleh rock, pop, dangdut dan melayu. Jadi Krakatau Band memang mempunyai penggemar yang sangat segmented, tapi mereka tetap bisa eksis.
Selalu ada hits yang disukai oleh masyarakat, tahun 1988 La Samba Primadona (menurut saya) jadi salah satu hitsnya. Lagu yang di masa itu (saya yakin) pasti jadi lagu paling asik untuk diajak berdisko dan bergoyang akan terngiang-ngiang selalu ditelinga para fans.
Malam itu La samba Primadona menjadi lagu ke-15 yang di bawakan Krakatau Band untuk menghibur para fans yang hadir.
Tepat dibelakang saya, seorang pria (mungkin) seumuran bapak dirumah, hapal sekali nada bass dan terompet di awal lagu ini, sambil menebak dengan tepat judul lagunya.
Tidak kalah heboh, pria disamping kami yang datang bersama istri dan anaknya yang sempat tertidur dipertengahan konser, tapi terbangun ketika bapaknya sesekali berteriak ekspresif malam itu memberi applause kepada semua personil Krakatau.
Yess, Musical Journey of Krakatau malam itu mengobati kangen yang tertahan lebih dari 30 tahun silam. Sebenarnya Krakatau sudah performance dibeberapa event musik, tapi ada yang berbeda dari pertunjukan malam itu di Titan Center Bintaro.
Pertama, para personil Krakatau bahagia karena bisa tampil di "dekat" rumah dan kagum kalau ternyata di Bintaro ada venue yang sangat mumpuni untuk konser musik indoor. Saya juga kagum sama Titan Center, sambil membatin "Ada juga tempat begini di Bintaro".
Kedua, daftar lagu (song list) malam itu ditarik mundur. Maksudnya lagu yang akan dibawakan malam itu, dimulai dari tahun atau album terbaru dan sedikit demi sedikit bergeser ke album terlawas mereka.
Sontak langsung disambut positif oleh para penonton, karena saya yakin, semua yang hadir memang ingin lebih mendengarkan lagu-lagu lawas mereka.Â
Jadi kalau lagu lawasnya di taruh diawal dan lagu baru mereka ditaruh diakhir, momentum klimaksnya kurang terasa.
Malam itu dibuka dengan instrumentalia berjudul, PRTHVI MATA. Disusul 5 lagu lainnya yang ada di album Chapter Two tahun 2019.
Setidaknya ada 21 Lagu yang dibawakan oleh Krakatau Band malam itu, Lebih dari 2 jam mereka perform dan tidak terlihat kehabisan tenaga. Walau Pra (bassist) dan Donny (gitar) yang seringkali harus duduk dibangku sambil tetap fokus bermain. Tapi catatan pentingnya adalah, mereka masih sangat kompak.
Setelah La Samba Primadona dimainkan, para personil Krakatau meninggalkan panggung, meninggalkan Gilang Ramadhan sendirian dengan drumnya. Prediksi saya benar terjadi, drummer idola saya perform solo drum malam ini.
Astaga, karakternya gak hilang. Main drum gak hanya powerfull tapi ada emosi dan klimaks yang dimainkan. Saya gak merhatiin berapa lama Gilang solo drum, mungkin antara 10-15 menit dan itu gak kerasa.
Setelah solo drum Gilang, satu persatu personil masuk kembali ke atas panggung, dimulai dari Dwiki Dharmawan dan Indra Lesmana. Alunan instrumen bernuansa pantai mengalun indah.Â
Tiba-tiba saja suasana liburan disebuah pantai dengan pasir putih, kelapa muda dan deburan ombak tergambar jelas di kepala, ketika Krakatau membawakan karya instrumental mereka berjudul HAITI.
Haiti ada di album pertama mereka pada tahun 1986,dan feeling saya konser malam ini sudah berada dipenghujung waktu.Â
Benar saja, di tutup oleh single Gemilang, para fans langsung maju keatas panggung untuk sekedar berswafoto bersama idola mereka.
Jangan bayangkan kericuhan ya, karena para penonton naik kepanggung dengan santun gak pake rusuh.Â
Mungkin karena sudah berusia cukup dewasa, jadi bukan penonton alay yang suka bikin rusuh. Dan serunya para personil Krakatau pun menyambut para fans dengan baik.
Well malam itu saya sangat menikmati, sampai lupa ambil foto yang maksimal. Tak apa, kadang ada perlunya menikmati tanpa harus terbebani urusan ini itu. Terima kasih Kompasiana dan KETAPELS atas kesempatannya.
Sehat dan berkarya terus untuk Krakatau Band.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H