Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Freelance Worker for Photography, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hati-Hati Bonus Demografi Bisa Berubah Menjadi Bencana Demografi

30 Juni 2019   12:29 Diperbarui: 1 Juli 2019   01:28 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapkah Indonesia untuk merasakan bonus demografi pada tahun 2020-2035? atau jangan-jangan, Indonesia malah mengalami bencana demografi, yang bisa saja terjadi kalau kita tidak bijak dalam memperhatikan hal sederhana, yaitu kesehatan pribadi.Bonus demografi secara sederhana bisa diartikan, bahwa di tahun 2020-2035, penduduk Indonesia dengan usia produktif (15-65thn) akan lebih banyak dibanding dengan penduduk non-produktif.

Harusnya ini membanggakan, karena Indonesia akan mempunyai banyak potensi muda, kreatif dan produktif. Tapi semuanya bisa jadi bencana, kalau kita tidak siap menghadapinya.

Kenapa saya mempunyai pandangan seperti itu, jujur setelah melihat paparan ibu dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA dari DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR, Kementerian Kesehatan Indonesia, Saya kok malah ngeri-ngeri sedap sama generasi produktif era ini, kalau dilihat dari sudut pandang kesehatan.

Saya akan coba mengurut satu persatu akar permasalahan kesehatan yang terjadi di Indonesia, mohon dicerna ini adalah opini saya. 

Berdasarkan Global Nutrition Report pada tahun 2014, Indonesia ada di peringkat 17 yang mempunyai 3 masalah gizi pada balita yang harus diperhatikan. Pertama;

Sebanyak 8,92juta (37,2%) balita mempunyai masalah dengan tinggi badan (pendek). Kedua, 12.1% balita dengan berat badan kurang (kurus) dan 11.91% adalah balita yang mempunyai kelebihan berat badan (obesitas).

Tiga faktor ini akan menghambat kemampuan kognitif atau intelegensia pada anak saat dewasa. Bahkan dibeberapa kasus bisa pula menghambat motorik pada anak. Dan yang tidak bisa dikesampingkan adalah mereka mempunyai resiko penyakit tidak menular (PTM) saat beranjak dewasa. 

Kalau kita perhatikan, survey ini dilakukan pada tahun 2014, berarti ini adalah data kelahiran balita di awal tahun 2009, yang pada tahun 2020-2035 mereka akan berusia antara 11 tahun sampai dengan 26 tahun. 

Artinya mereka adalah salah satu deretan generasi bonus demografi. Tapi apakah mereka akan tetap mejadi bonus demografi jika berpotensi besar mengidap PTM?

Perhatikan resiko penyebab penyakit tidak menular ini, supaya kita bisa mengantisipasi masalah kesehatan|Dokumentasi pribadi
Perhatikan resiko penyebab penyakit tidak menular ini, supaya kita bisa mengantisipasi masalah kesehatan|Dokumentasi pribadi

PTM (penyakit tidak menular) akan menjadi antiklimaks yang akan mengubah bonus demografi menjadi bencana demografi di Indonesia. PTM sudah menjadi masalah kesehatan yang serius dan mendapat perhatian khusus Kementerian Kesehatan. Terlebih biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk mengcover penyakit tidak menular sangat besar, dan makin besar dari tahun ke tahun.

PTM ini bukan hanya sekedar penyakit turunan, tapi lebih ke gaya hidup seseorang. Dan di Indonesia 7 dari 10 orang meninggal akibat penyakit tidak menular, dan sebagian besar masyarakat tidak menyadari kalau mereka punya masalah PTM. Bahkan di dunia, kematian akibat PTM sebesar 70%. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun