Dan bagi para penulis muda yang belum mempunyai KTP, bisa menginduk ke npwp orang tuanya. Â Jadi tidak ada alasan untuk tidak menaati pajak, karena pajak digunakan untuk kemajuan bangsa dan negara kita tercinta.
Kang Maman dan Oppie Andaresta
Minggu sore di PerpusNas saat itu, banyak sekali penulis wara-wiri. Dan akhirnya saya berkesempatan berbincang banyak dengan kang Maman Suherman di kafe Perpusnas sambil ditemani satu cangkir kopi hitam.
Sayang saya terlambat beberapa menit, sehingga tidak sempat bertemu dengan mas Joko Pinurbo (jopin) yang sebelumnya berbincang dengan kang Maman.
Berbicara satu jam bersama kang Maman tidak pernah membosankan, selalu ada cerita baru yang keluar dari mulutnya. Dan kita sebagai lawan bicaranya hanya terkesima.Â
Hmmm mungkin ini tanda orang yang mempunyai kegemaran membaca, karena dia selalu punya banyak pemikiran yang ingin disampaikan.
Dua orang kawan saya yang saat itu ngobrol bersama kang Maman, tidak melewatkan kesempatan untuk membeli buku kang Maman, dan langsung meminta tanda tangannya.
Memang di GWRF ada both khusus yang menjual produk dari gramedia, dan kalau beruntung kita bisa langsung minta tandatangan kepadapenulisnya langsung, seperti yang terjadi pada kami sore itu.
Selain kang Maman, saya juga bertemu dengan musisi cantik Oppie Andaresta. Woooww ini musisi idaman saya waktu SMU, lagunya yang berjudul Cuma Khayalan bisa menyihir saya masuk kedunia imaji yang dalam.
"Andai....aaa...aaa....aaa ku jadi orang kaya" Kurang lebih begitu penggalan lirik lagu Cuma Khayalan.
Oppie Andaresta jadwalnya sore itu akan mengisi musikalisasi puisi bersama Joko Pinurbo. Sayang saya tidak bisa melihat penampilan mereka. Mata ini semakin berat, dan badan lelah tidak bisa diajak kompromi.
Jadi kangen sama GWRF 2019.