Pernah ngerasain jadi bikers yang ikut klub motor? Bergerombol jalan beriringan di sudut kota maupun perjalanan jauh antar pulau bersama teman sejiwa?. Bagi sebagian kecil orang pasti sudah pernah. Tapi tidak sedikit yang belum pernah, karena beranggapan bahwa ini adalah hal yang sangat tidak penting.
Saya pun menilainya seperti itu. Para bikers yang bergerombol itu kadang merepotkan bagi para pejalan umum lainnya, bawa motornya grasak-grusuk nggak mau mengalah. Walau mereka salah tapi anehnya mereka yang lebih galak. Stigma itu sangat erat melekat di para bikers.
Hal ini yang coba saya tepis saat menerima undangan dari kompasiana dalam event Kompasiana JoyRide go to Karawang with TVS. Sampai saat ini saya masih aktif menggunakan sepeda motor dan lebih menikmati jadi solo rider, saya pernah melakukan perjalanan jauh naik kendaraan roda dua bersama pasangan hidup saya. Start dari Bintaro, menyusuri jalan Parung-Bogor, tembus ke Ciawi Puncak, Cianjur bablas ke Bandung sebelum akhirnya menginap di kawasan Ciater.
Esoknya kami lanjutkan menuju Bekasi melalui Purwakarta, Karawang, Cikarang dan Tambun. Pengalaman yang tidak terlupakan membuat semua badan terasa remuk redam, sekedar info saya mengendarai kendaraan matic milik salah satu pabrikan jepang yang pertama mengeluarkan varian matic di Indonesia.
Dan di acara Kompasiana JoyRide go to Karawang with TVS kali ini, saya berharap menemukan sensasi yang berbeda. Bagaimana tidak, selain saya akan ada 9 orang kompasianers yang beruntung dari background yang berbeda. Tentu ini akan jadi nilai lebih tersendiri untuk menambah brotherhood, karena tidak semuanya saya kenal dekat. Selain itu, Kompasianers akan touring dengan tidak menggunakan motor pribadi, tapi kali ini kami di sediakan motor yang bukan pegangan kami sehari-hari. Ini jadi kendala tersendiri saat harus bisa cepat menyesuaikan diri dengan si kuda besi dari India ini. Selain itu tentu saja Safety Ridding broo..
Dealer TVS di jl. Dewi Sartika yang ada bilangan Jakarta Timur jadi metting point kami. Ini merupakan salah satu dealer utama di kawasan Jakarta, begitu sampai kami sudah melihat jajaran motor TVS berbagai varian di showroom ini. Kami makin penasaran, menebak-nebak mana di antara jejeran motor anyar tersebut yang akan kami bawa untuk JoyRide.
Satu persatu kompasianer berkumpul, saat saya hadir dilokasi sudah ada bang Dzulfikar dan bang Aswi bersama tim dari Kompasiana. Setelah melakukan persiapan, salah satunya penyerahan jacket keren dari TVS. Kalau saya bilang keren, karena emang keren. Selama saya bawa motor hampir 20 tahun lebih belum pernah punya jaket sebagus ini. Entah saya harus malu atau harus terharu.
Yang tidak kalah seru adalah saat pembagian motor, kompasianer sudah sibuk mencari motor mana yang sekiranya nyaman untuk dibawa touring menuju karawang. Oh iyaa untuk etape 1, kita akan menuju pabrik TVS Indonesia di Karawang, jarak tempuh kurang lebih 80-90km. Sempat jadi pertanyaan, apakah saya akan mendapat unit baru atau tidak. Ini akan terjawab segera.
Saat yang lain sudah sibuk duduk dimotor masing-masing, saya malah belum mendapatkan motor. Saya sengaja tidak mau “rebutan”, saya hanya menyerahkan pada nasib motor mana yang akan “menghampiri” saya. Nasib membawa saya ke motor terakhir berwarna putih model cowo yaitu TVS Max bermesin 125cc.
Dan akhirnya kami pun memulai perjalanan. Percaya atau tidak, sepertinya saya kompasianer terakhir yang berhasil keluar kejalan dari dealer TVS Dewi Sartika. Mau tau kenapa..?
Saya sempat dibikin pusing oleh TVS Max 125 ini, mungkin karena belum kenalan. Jadi saat akan memulai perjalanan saya sedikit kesulitan untuk masuk ke gigi-1. Sempat ada rasa malu saat beberapa kali mencoba tapi tidak berhasil. Saya sudah sering mengendarai motor “kopling”, dan biasanya untuk masuk ke gigi-1 kita harus injak kedepan. Lalu untuk gigi-2 dan seterusnya kita injak (congkel) ke arah belakang.
Nahh, rupanya TVS Max 125 ini mau tipu-tipu saya. Sistim persnelingnya berbeda kawan. TVS Max 125 ini, seluruh arah rotasi clutchnya kebelakang. Jadi kalau mau gigi-1 kita congkel atau injak clutch kebelakang, begitupun untuk pindah ke clutch lebih tinggi. Hal sebaliknya kita lakukan (injak ke depan) saat akan menurunkan clutch ke gigi yang lebih rendah. Duuhh bikin malu saya saja TVS Max 125 ini.
Untung saya bisa cepat beradaptasi sehingga tidak ada hambatan berarti. Melihat penampakan body dan lekuk tangki bensin TVS Max 125 saya jadi ingat pabrikan jepang yang pernah mengeluarkan varian motor cowo bermesin 125cc. Ciri khasnya ketika diawal kemunculannya tidak dilengkapi dengan kick starter.
Handling TVS Max 125 ini termasuk mudah untuk bermanuver di kemacetan Jakarta, saya bisa dengan gesit mencari sela diantara jajaran mobil yang mengular di jalan. Iyyeesss,….ini kelebihan roda dua di Jakarta bisa selap-selip saat macet.
Untuk tarikan awal dan top speed, sepertinya TVS Max 125 tidak secara khusus di desain untuk hal ini. Karena menurut saya masih agak berat diputaran bawah. Dan saat akan mengejar top speed saya sedikit kewalahan untuk menyentuh kecepatan 80-90km/jam. Seharusnya maksimal speed bisa lebih, tapi saya sudah tidak nyaman karena getarannya sangat terasa ke sekujur tubuh. Saya harus jaga kondisi mengingat jarak yang cukup jauh menuju TVS Factory Karawang.
Kelebihan TVS Max 125 ini adalah tipe motor tangguh yang di kategorikan heavy duty. Dan merupakan motor yang paling irit dalam hal konsumsi bahan bakar. Mengalahkan varian bebek ataupun matic yang TVS produksi.
Upss sebelum saya lanjutkan ceritanya lebih dalam, kurang asyik kalau saya belum kenalkan “My Bro” baru saya yang datang dari luar kota dan baru bertemu untuk kali pertama. Ada kang Didno dan om Bas.
Kang Didno ini dari Cirebon, di awal perjalan dia cukup kesulitan untuk menyesuaikan dengan karakter persneling Apache RTR160 yang sulit untuk masuk ke posisi netral, dan akhirnya saya ketahui masalah susah netral adalah rahasia umum di varian TVS Apache. Namun akhirnya kang Didno menemukan motor yang pas untuk menemani perjalanan yaitu TVS Max125 yang jadi tunggangan saya di etape-1.
“Gampang pindah persenelingnya”. Ujar Kang Didno. Dan di tangan kang Didno, TVS Max125 tembus di topspeed 105km/jam.
Om Bas itu orangnya ramah dan mudah cair walau kita baru ketemu, ternyata dia ini hobi berat sama yang namanya roda dua dan punya beberapa koleksi dirumahnya. Kalau ngomongin motor sama om Bas gak akan selesai sampe 2 hari. Satu kata yang saya ingat saat penutupan acara.
“Event ini gak ada kekurangannya, justru kita nambah saudara”. Wahhh brotherhood banget daahh.
Om Bas ini jadi teman saya saat kami terpecah dari rombongan besar saat touring baru berjarak 5km dari dealer Dewa Sartika. Akhirnya kami harus memutar balik di wilayah rawamangun. Sebelumnya saya sudah curiga kalau kami salah jalur, karena saya sudah cukup familiar melalui jalan ini. Setelah berkomunikasi dengan RoadCaptain, saya dan om Bas melanjutkan perjalanan melalui Banjir Kanal Timur lalu masuk kembali ke jalur Kalimalang untuk menuju kearah Bekasi.
Memasuki Bekasi, saya dan om Bas bertemu dengan Duzlfikar Al-ala dan tim dari TVS. Dan rombongan kembali utuh saat kami memasuki daerah Cikarang. Jalan yang tidak terlalu padat membuat rombongan tetap utuh dan tidak terpisah jauh. Selama perjalanan ini, para Kompasianers di kawal oleh TMC Jakarta (TVS Motor Community). Saya akan bercerita banyak tentang mereka di tulisan saya selanjutnya.
Woww, masih ada etape-2 dengan rute TVS Factory Karawang-Giri Tirta kahuripan, etape 3 Giri Tirta Kahuripan-Bendungan Jatiluhur dan Etape 4 Bendungan Jatiluhur-Main Dealer TVS Dewi Sartika jadi tunggu cerita selanjutnya, masih tetap di Kompasiana.com
Tetap Ng-Gaasss Broo...!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H