Lengkap sudah 4 tim melaju kebabak semifinal Copa America 2016, setelah Cile sebagai tim terakhir meluluh lantakkan Meksiko dengan skor 7-0.
Di babak semifinal Cile yang berstatus sebagai juara bertahan akan menghadapi Kolombia, sementara di semifinal lainnya tuan rumah Amerika akan menghadapi tim tangguh Argentina.
Ada 2 hal yang membuat semifinal Copa America ini tidak menjadi sempurna, setidaknya dimata saya. Pertama; Babak semifinal Copa Amerika mempertemukan juara dan runner up group A dan Group D, Sayangnya juara group yaitu Amerika dan Argentina harus bertemu di babak semifinal.
Andai saja alur bagan semifinal mempertemukan Argentina sebagai juara grup D dengan Colombia sebagai runner up Group A, lalu di semifinal lain mempertemukan juara grup A Amerika dengan Cile sebagai runner up grup D, pasti akan lebih historis.
Yang kedua, Tim yang masuk ke semifinal selain Amerika merupakan 5 besar ranking FIFA yang di rilis pada 2 juni lalu. Argentina di posisi Pertama, Colombia ketiga dan Cile di posisi kelima. Hanya Amerika yang menjadi kuda hitam dibabak semifinal berada di peringkat 31 FIFA.
Kalau saja, sekali lagi kalau saja Brasil peringkat 7 FIFA atau Uruguay peringkat 9 FIFA yang berada di semifinal pasti akan lebih sempurna. Sayangnya mereka harus angkat kaki dan dipermalukan lebih dahulu di Copa America 2016.
Melihat peluang tim mana yang akan melaju ke babak final Copa America, saya akan coba membahas babak semifinal antara Argentina vs Amerika. Kenapa? Sebagai tuan rumah, Amerika patut di waspadai. Tapi bagi saya pribadi Argentina selalu jadi juara apapun kondisinya.
Martino tapi tidak silau dengan itu semua, dia tidak serta merta menurunkan pemain bintang di waktu bersamaan. Lihat saja ketika Sergio Aguero, Lamela bahkan Messi tidak menjadi starting lineup di babak penyisihan. Kalau dilihat dari formasi 4-4-2 yang kadang bisa berubah menjadi 4-3-3, jelas terlihat Martino begitu pintar meracik sebuah tim.
Dibagian pertahanan Argentina di dominasi oleh para pemain yang ada di kompetisi Premiere League yaitu Ramiro Mori (Everton), Otamendi (M. City) dan Marcos Rojo (MU). Satu lagi dari klub lokal Argentina Gabriel Mercado (RiverPlate). Martino bisa berharap kultur sepak bola Inggris yang mengandalkan kecepatan tinggi dan power yang kuat bisa hadir di pertahanan Argentina dan itu sudah terbukti.Argentina hanya kebobolan 1 gol dan merupakan tim yang paling sedikit kebobolan di antar 4 tim lainnya di semifinal.
Sementara di lini tengah Martino lebih spesifik lagi, agar barisan tengahnya solid dan kompak Martino memilih pemain yang berada dalam satu liga yang sama yaitu LaLiga Spanyol. Sebut saja Ever Banega (Sevilla), Agusto Fernandez (Atletico), Mascherano (Barcelona) dan Lionell Messi (Barcelona). Â Ini keunikan lain Martino ketika menempatkan Messi sebagai gelandang serang dan tidak memaksakan sebagai penyerang, setidaknya di pertandingan babak perempat final. Terbukti umpan matang Messi dari tengah lapangan berhasil diselesaikan Higuain menjadi gol.
Sementara di depan sebagai target man ada Gonzalo Higuain yang bermain luar biasa di Napoli dan Nicolaz Gaitan yang kadang posisinya di tarik agak kebelakang untuk mengisi sayap kanan atau kiri bergantian dengan Messi seperti saat melawan Venezuela di perempat final kemarin.
Dengan kemampuan pemain yang bervariasi, Martino bisa menerapkan strategi yang berbeda di setiap pertandingan. Kalau di babak penyisikan Martino lebih berhati-hati dengan formasi 4-2-3-1, namun di babak perempat final Argentina bermain lebih terbuka dengan 4-3-3. Dan untuk kali pertama Messi di turunkan dari awal pertandingan.
Kuda Hitam Amerika
Argentina tidak akan mudah melewati Amerika yang didukung penuh oleh penonton. Semangat juang pemain Amerika tidak diragukan lagi. Walau hadir sebagai kuda hitam tapi Amerika punya kekuatan yang tidak bisa di pandang remeh. Bisa dilihat dari LineUp mereka 7 dari 11 pemainnya sudah bermain di kompetisi eropa, seperti Inggris, Jerman sampai Perancis. Setidaknya para pemain ini sudah merasakan kerasnya kompetisi di benua biru.
Walau harus kalah 0-2 di pertandingan pembuka oleh Colombia, namun di peringakat akhir Amerika berhasil menjadi jawara grup dengan unggul selisih gol dari Colombia. Salah satu bukti bahwa mereka cukup produktif
Dengan Formasi menyerang 4-3-3 disepanjang babak penyisihan Amerika sudah memberi tanda bahwa mereka ingin menyerang, tidak gentar dan tidak akan menyerah begitu saja. Sayangnya pemain andalan mereka yang berambut gimbal Jermain Jones tidak bisa tampil karena terkena kartu merah di pertandingan terakhir.
Ssangat menarik untuk melihat formasi apa yang akan di turunkan Jurgen Klinsman saat melawan Argentina. Kalau masih dengan 4-3-3, tentu Argentina akan sangat senang hati meladeni. Karena bukan rahasia lagi pemain Argentina kadang habis kesabaran saat harus melawan tim yang menumpuk pemainnya di belakang. Ini yang sering menjadi blunder dan lawan terberat bagi Argentina.
Tapi kalau Amerika memutuskan untuk bermain terbuka, Klinsman harus punya strategi untuk meredam Messi dan kawan-kawan. Karena ini justru yang di tunggu, biarkan Amerika menyerang dan Argentina akan balik menusuk.
Argentina memang punya kenangan buruk dengan Klinsman dan Jerman ketika piala dunia 1990. Saat itu Argentina kalah 0-1 dari Jerman, saat Jurgen Klinsman dilanggar di kotak pinalti dan membuahkan tendangan pinalti bagi Jerman yang berhasil di eksekusi oleh Brehme dan menggagalkan mimpi Argentina untuk jadi juara dunia.
Tapi itu hanya sejarah, sekarang dengan kedewasaan Argentina di bawah kepelatihan Gerardo Martino dan el Capitano Lionell Messi, Argentina siap melaju ke final dan membayar luka 100 tahun lalu yang hanya bisa menjadi pecundang yang dikalahkan Uruguay dibabak final.
Argentina..!!, Sekarang Saatnya.
Â
Tulisan Lain mengenai CopaAmerica 2016
- Messi dan Misi Argentina; Saatnya Jadi Juara di Coppa America 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H