20th Century fox baru saja merilis sebuah film genre action comedy Deadpool, film yang karakter utamanya tidak ingin disebut sebagai superhero (anti-hero) menghabiskan budget produksi $58.000.000.
Film yang dibintangi Ryan Renolds sebagai Wade Wilson (deadpool) dan Morena Baccarin sebagai Venessa (kekasih Wade Wilson) berhasil meraup pendapatan kotor di minggu pertama sebesar $135.000.000 dan diprediksi bisa meraup pendapatan kotor $740.000.000 secara global melampaui film X-Men: Days of Future Past $459.000.000.
[caption caption="sumber foto http://www.foxmovies.com/movies/deadpool"][/caption]
Walau mendapat pendapatan kotor 3 kali lipat dari biaya produksi diminggu awal pemutarannya, namun bagi saya film ini tidak memberikan kesan yang mendalam setelah melihatnya di bioskop. Hanya sebuah film yang penuh aksi, suara tembakan, perkelahian dan darah dimana-mana khas Marvel lalu dibumbui lelucon yang hanya berhasil membuat saya tersenyum kecut.
Diawali adegan action perkelahian dan baku tembak di dalam mobil antara deadpool dan penjahat, penonton di ajak kembali flashback untuk mengetahui awal sejarah dari lahirnya deadpool. Sampai pertengahan film pun penonton diajak untuk menikmati film dengan alur maju dan mundur.
Secara cerita, Deadpool layaknya film kepahlawanan lain, berkelahi dan jagoannya menang dengan mudah. Dibalut efek animasi yang canggih Deadpool menyuguhkan adegan aksi yang menegangkan dari awal sampai akhir.   Â
Yang jadi catatan penting saya di film ini adalah, karakter deadpool yang ceria. Tentu tidak ada yang salah dengan sifat ceria, tapi ceria saat menghajar para penjahat, ceria saat menghabisi nyawa para musuhnya, bahkan tersenyum saat lawannya dipenghujung nyawa menurut saya bukan contoh yang baik bagi karakter utama sebuah film. Khususnya bagi penonton yang belum berpikiran dewasa.
Penggambaran Deadpool menurut saya, karakter psikopat yang ingin balas dendam kepada orang yang telah merusak kehidupannya. Â Dan diperparah dengan pengadegan kekerasan yang sangat tidak berperikemanusian, saya cukup heran kenapa Lembaga Sensor Film (LSF) meloloskan adegan kekerasan yang brutal di film ini. Jujur saya lebih bisa menerima adegan percintaan ketimbang adegan penuh darah. Sebagai perbandingan, kalau anda pikir film the Raid sudah cukup kejam, Deadpool lebih dari kejam dengan penggambaran yang lebih vulgar.
Sepanjang 90 menit hanya dua nilai positif yang bisa saya tangkap; pertama teknologi CGI movie effect yang luar biasa dan soundtrack di bagian akhir film. Sebuah lagu dari WHAM! Yang berjudul Careless Whisper mengalun indah menutup film deadpool, sebuah lagu yang membawa pikiran saya terlempar belasan tahun kebelakang.  Â
Papah dan almarhum Mamah seringkali memainkan lagu kompilasi golden hits memories yang salah satu tracknya berisi lagu ini di pemutar CD, dan kami tidak jarang bernyanyi bersama menghabiskan waktu diruang keluarga yang sederhana itu. Setidaknya ini sedikit menghapus kekecawaan saya terhadap Deadpool.
Saran saya, jangan berharap banyak dapat nilai positif dari Deadpool kecuali rasa cinta pada pasangan diakhir cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H