Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Worker for Photograpy, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

(Jangan) Panik Elpiji NonSubsidi Naik

20 September 2014   06:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Isu kenaikan harga elpiji nonsubsidi akhirnya menjadi kenyataan, lagi-lagi rakyat hanya bisa menerima tanpa bisa berbuat banyak. Saya jadi teringat perbincangan dengan seorang sahabat yang bekerja sebagai costumer care Pertamina beberapa waktu lalu saat elpiji nonsubsidi baru rencana dinaikkan.

"eh mas bro isu kenaikan elpiji kan lagi rame, kita roleplay yuks seakan-akan saya telpon ke costumer care" Usul saya. Sebenernya ini berawal dari keisengan saja. Karena jujur sejak Sahabat saya kerja sebagai costumer care saya belum pernah tahu bagaimana dia menerima telpon dan menjawab semua keluh kesah penelpon.

"Boleeh.."

Dimulai lah roleplay itu

"Mas itu elpiji 12kg naik ya harganya, kenapa mas? Mulai berlaku kapan? yang 3kg naik juga gak?" Saya langsung membobardir dengan pertanyaan.

"Kalo LPG 12kg bukan produk subsidi jadi untuk harganya menyesuaikan  dengan harga ke-ekonomian. Berbeda dengan lpg 3kg yang produk subsidi untuk rakyat dimana yang menentukan harga adalah pemerintah. Pertamina hanya sebagai BUMN yang ditunjuk pemerintah untuk menyalurkan ke masyarakat". Jelas sahabat saya.

Wiihh jawabannya serius juga nih.

"Emang kalo produk elpiji lain diluar pertamina harganya berapa mas? Jadi kalo elpiji 12kg naik, gak lantas yang 3kg naik ya mas?" Tanya saya lanjut.

"Mohon maaf untuk harga produk elpiji lain bukan kapasitas kami dalam menjawab. untuk kenaikan harga 12kg pertamina melihat dari perkembangan pasar sedangkan untuk kenaikan harga 3kg, Pertamina menunggu keputusan pemerintah". Jawab Sahabat saya masih dengan seriusnya.

"Kalo yang 12kg naik, trus saya jadi pindah ke 3kg, Pertamina siap gak siapain stock 3kg lebih banyak, nanti gas jadi langka mas?"

"Pertamina dalam hal produksi dan penyaluran 3kg menyesuaikan kuota subsidi yang sudah disiapkan pemerintah. Karena Pertamina hanya bertugas menjalankan kebijakan pemerintah untuk konversi mitan ke Elpiji 3kg". Makin serius menjawab.

Sudah,..sudah saya tidak tahan membayangkan sahabat saya menjawab pertanyaan dengan mimik seriusnya itu, berbeda dengan kesehariannya yang walau agak pendiam tapi cukup ramah. Inilah kenapa saya tidak mau menelpon saat sahabat saya saat dia bekerja, karena saya tidak mau melihat sisi berbeda dari sahabat saya.

Dan akhirnya saat itu datang juga, elpiji 12kg naik dikisaran harga Rp.1500/kg atau Rp18.500 pertabung. saya tidak terlalu tertarik dengan besaran naiknya, yang lebih penting menurut saya kenapa Pertamina nekat menaikkan elpiji 12kg. Pertanyaan saya terjawab saat bertemu dengan Adiatma Sardjito, Media Manager PT Pertamina salah seorang pejabat pertamina di acara Kompasiana nangkring bareng Pertamina awal september lalu.

Di sana saya baru tahu, ternyata selama ini pertamina menjual 12kg setengah di bawah harga produksi. Jadi kalau harga produksi Rp.12.000 Pertamina menjualnya kemasyarakat di harga Rp.6.000. Kenapa bisa begitu? karena ini peraturan yang sudah di rumuskan sama DPR bahwa kami (Pertamina) tidak boleh menjual lebih dari harga yang ditetapkan.

Lalu bagaimana dengan elpiji 3kg?. Kalau untuk elpiji subsidi 3kg justru tidak masalah, karena kekurangan harga produksi 3kg di tanggung pemerintah. Ini berarti Pertamina justru mendapat keuntungan dari menjual produk 3kg ketimbang 12kg, yang memang selama ini Pertamina meng-klaim selalu merugi ketika menjual produk nonsubsidi.

Kok saya merasa dibohongi ya? jujur saja, dirumah saya punya 1 tabung 12kg serta satu tabung 3kg dan yang lebih sering saya pakai adalah tabung 3kg, selain murah juga karena saya hanya punya kendaraan roda dua jadi lebih simple membawa tabung ini untuk di isi ulang. Berarti selama ini para pengguna setia elpiji nonsubsidi diuntungkan karena mereka membeli dibawah harga produksi. jadi tag line elpiji nonsubsidi yang berkesan mahal hanya menipu tetap saja kita membeli dengan harga dibawah produksi.


Saat di telusuri lebih jauh ternyata pelanggan elpiji nonsubsidi  hanya 16% dari seluruh total penjualan berasal dari konsumen rumah tangga tergolong mampu dan 3.5% dari industri. Khusus untuk Industri saya tertipu berat. harusnya mereka dipaksa untuk membeli elpiji nonsubsidi menyesuaikan harga produksi, karena sejatinya mereka menggunakan epiji untuk mencari keuntungan. Dan untuk kalangan tergolong mampu, kenaikan harga elpiji nonsubsidi dikisaran Rp.18.500 pertabung (mungkin) bukan masalah besar. Kalo sedikit di pelintir yang menikmati harga murah elpiji nonsubsidi salah satunya adalah anggota dewan yang memutuskan agar Pertamina menjual harga di bawah produksi dan golongan mampu yang sudah bisa punya mobil dan bayar pajak kendaraannya minimal 4jt/pertahunnya.

14111434501975439391
14111434501975439391

Sedikit mencermati kenaikan elpiji nonsubsidi ternyata masih jauh dari biaya hidup harian kita perbulan. dan kalau ada sebagian pihak yang merespon berlebih tentang kenaikan elpiji nonsubsidi saya rasa hanya reaksi sementara. kalo memang merasa kurang mampu silahkan beralih ke 3kg toh kita disubsidi dengan uang pajak kita sendiri, walau seharusnya subsidi itu untuk sahabt kita yang kurang mampu.

Atau bisa beli di Pom bensin agar harganya lebih murah, belinya sambil bawa mobil keluaran terbaru. Lalu biar tambah irit menggunakan elpiji tiap weekend bisa pergi makan diluar bersama keluarga. Dijamin elpiji dirumah awet.

14111436891140379149
14111436891140379149

14111439801618067182
14111439801618067182
Negara kita sudah lama merdeka tapi negara kita masih jauh dari kata mandiri. Bahkan untuk urusan elpiji kita masih kalah mandiri dari negara-negara di asia. saya tidak mau mengupas tentang permasalahan birokrasi dan mafia migas, saya hanya ingin sedikit membuka mata dan memahami dilema Pertamina. Sebagai seorang pelaku bisnis sudah seharus kita bisa menyisihkan keuntungan dari barang yang kita jual, kalo tidak kita akan rugi. Itu yang terjadi dengan pertamina yang masih terbentur dengan regulasi.

Untuk lebih menekankan, berarti selama ini pertamina hanya mengambil untung dari elpiji subsidi 3kg.  bukan dari elpiji nonsubsidi bukan dari elpiji nonsubsidi yang digunakan kalangan mampu dan pelaku industri.

Ini aneh, sangat aneh menurut saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun