[caption id="attachment_348904" align="aligncenter" width="600" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"][/caption]Â
Luar biasa, terharu dan membuat bulu kuduk ini berdiri. Orang kampung itu bisa membuat puluhan ribu rakyat turun ke jalan. Rela menunggu sambil berpanas ria, berdiri di terik matahari, duduk beralaskan seadanya sampai peluh ditubuh tidak bisa ditahan. Tapi tetap badan ini tidak bergeming hanya untuk sekedar melihat presiden kami.
Setelah konser 2 jari di senayan, saya pun memutuskan untuk ikut bergabung dengan ribuan orang di kisaran bunderah HI menuju kearah Istana negara. Berbeda dengan konser 2 jari, kali ini saya siap dengan kamera kesayangan. Dalam benak saya, momen ini tidak bisa terlewati begitu saja tanpa bisa berbagi. Ya, saya mengambil foto ini hanya untuk sekedar berbagi euforia kepada semua sahabat, kerabat dan rakyat yang tidak bisa hadir langsung di bunderan HI.
Saat memutuskan untuk mengambil gambar pada 20 oktober 2014, dari rumah saya sudah punya gambaran akan menunggu di atas JPO (jembatan penyebrangan orang) diantara hotel saripan dan menara mandiri. Dan pilihan saya tidak begitu salah, terlebih sudah ada beberapa Jurnalis foto yang berada diatas jembatan membuat saya yakin ini salah satu spot terbaik.
Sempat tergoda untuk turun ke jalan agar bisa lebih dekat tapi saya urungkan. Begitu tahu Di depan saya sudah ada seorang fotografer Kompas yang sudah berada di sana dari jam 11 siang. Sempat berbincang mengusir jenuh dengan jurnalis foto kompas ini, tanpa sungkan dia sempat berbagi tempat dengan saya, sayang kami tidak sempat berkenalan.
Persis di atas jalur Transjakarta saya bersabar menunggu arak-arakan. Waktu menunjukkan pukul 12.00, Panas sangat menyengat kerumunan orang menyingkir mencari tempat berteduh diantara gedung perkantoran.
[caption id="attachment_348909" align="alignleft" width="654" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Euforia ini tidak hanya milik rakyat Indonesia, dari segala penjuru dunia memusatkan perhatian mereka ke bunderan HI. Begitupun dengan 2 warga negara asing ini. Sempat ber-selfie ria mereka menikmati suasana penyambutan presiden RI ke 7 Ir.Joko Widodo. Sekilas mirip gitaris Arkarna yang tadi malam ikut mengisi acara di Monas, tapi entahlah saya suka salah menilai wajah orang.
[caption id="attachment_348911" align="aligncenter" width="605" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Berjalan sendiri tidak peduli, walau hanya dengan sendal jepit berkaos kaki yang penting semangat menyambut Jokowi di Istana negara tetap berapi-api
[caption id="attachment_348913" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
The magnificent seven, Mereka sudah peduli dengan nasibnya sendiri. Para pejuang kecil untuk perubahan ini ikut bergabung dengan ribuan orang. Melangkah dengan percaya diri, riang gembira tidak peduli berjalan diatas aspal panas Lengkap dengan seragam mereka. Semoga kalian sudah minta ijin dengan orang tua kalian Nak...
[caption id="attachment_348919" align="aligncenter" width="656" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
[caption id="attachment_348920" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Drumband STP menghibur warga yang sudah lama menanti arak-arakan presiden ke 7 RI dan rombongan lewat di depan mereka. Tidak sedikit dari masyarakat yang datang dengan baju asal daerah masing-masing. Reog ponorogo pun hadir untuk menghangatkan suasana diikuti tabuhan musik dari barang rongsokan yang berjalan menuju silang monas.
[caption id="attachment_348921" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
[caption id="attachment_348922" align="aligncenter" width="639" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Â
[caption id="attachment_348926" align="aligncenter" width="628" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348927" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348970" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 Tuan rumah DKI Jakarta tidak ketinggalan menyambut Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf kalla. Ondel-ondel di iringi alunan lagu dari alat musik tradisional terdengar riuh rendah, dominan alat musik gesek rebab menyebar diantara gedung pencakar langit. Sementara dibelakangnya pawai batik kontemporer membelah lautan manusia yang antusias menyambut Presiden Jokowi.
[caption id="attachment_348928" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
[caption id="attachment_348930" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 Jam 13.57 -setidaknya itu yang tercatat di metadata foto- beberapa aparat dari kepolisian dan TNI terlihat menyusuri jalur transjakarta, felling saya tidak lama lagi presiden rakyat ini akan melintas. Coba menyusuri pandangan ke arah bunderan HI saya melihat forrider berada di tengah massa, kemungkinan jokowi berada dibalik mobil tersebut setidaknya itu yang ada dibenak saya, sehingga perhatian saya terfokus di rombongan tersebut.
[caption id="attachment_348940" align="aligncenter" width="641" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348934" align="aligncenter" width="642" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Tapi perkiraan saya salah, ternyata Jokowi dan JK sudah berada di jalur transjakarta jauh di depan mobil forridernya yang terhalang kerumunan massa. Dengan kemeja putih lengan panjang yang sedikit di gulung, berdiri disampingnya JK yang kurang lebih berpakaian sama -saya baru tahu kalau Jokowi-JK melepas jas dan dasi sesaat akan menaiki kereta kencana di Bunderan HI-. Tidak lebih dari 2 menit saya bisa mengabadikan Presiden Jokowi yang melintas persis dibawah saya. 2 menit yang membuat rasa lelah saya tiba-tiba hilang selama 2 jam berdiri terkonversi dengan perasaan tak bisa di ungkapan. Terlebih lagi di belakang rombongan jokowi-JK sang saka merah putih menutupi hampir seluruh ruas jalan -selebar 8-10meter-, dibawa bersama-sama rakyat mengiringi presiden baru ke Istananya. Simbolis yang bisa diartikan, "selama untuk rakyat, kami rakyat Indonesia selalu ada dibelakang Jokowi-JK".
[caption id="attachment_348936" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348938" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348942" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348943" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Dipanas terik 20 oktober 2014, mungkin mereka tidak diperhatikan, bahkan dianggap jurang pemisah. Tapi sungguh tidak terpikirkan apa yang terjadi jika tidak ada mereka di sekeliling Jokowi-JK, antusias luar biasa ketika rakyat begitu ingin dekat dengan Presiden mereka, memaksa mereka untuk bekerja keras tapi tetap menjaga kedekatan antara Presiden dan Rakyatnya. bahkan di JPO tempat saya berdiri ada beberapa petugas yang bersiaga. Terimakasih pak sudah menjaga Presiden kami.
[caption id="attachment_348944" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348946" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
[caption id="attachment_348948" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348949" align="aligncenter" width="496" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348975" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 Setelah saya puas berada diatas JPO selama 2 jam, saya putuskan untuk turun. Dan suasananya ternyata lebih meriah, lebih bersahabat, lebih hangat -hangat tidak panas-. Kami tidak saling mengenal tiba-tiba ada yang memberi selamat. "Selamat mas buat presiden baru". saya hanya tersenyum tidak siap menjawab. Bahkan ada pasangan muda yang sengaja datang dengan membawa anak mereka yag berumur kurang dari 2 tahun hanya untuk merasakan euforia ini. "kapan lagi bisa rame-rame tapi dengan suasana yang aman seperti ini".
[caption id="attachment_348953" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 kini saya bisa melihat wajah cantik peserta parade batik kontemporer ini dari dekat setelah turun dari JPO
[caption id="attachment_348955" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 Parade andong dan pemusik tradisional berkumpul jadi satu di senin siang yang panas di Ibukota
[caption id="attachment_348957" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348958" align="aligncenter" width="644" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Puluhan ormas, relawan tidak mau ketinggalan semua melebur jadi satu. tidak ada perbedaan hanya satu keinginan agar bangsa ini menjadi besar dan besar.
[caption id="attachment_348959" align="aligncenter" width="666" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348961" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
[caption id="attachment_348962" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 Semua letih setelah menunggu lama dan berjalan cukup jauh, kini saatnya pulang dengan senyum dan semangat baru untuk bangsa
[caption id="attachment_348964" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 [caption id="attachment_348966" align="aligncenter" width="668" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
 Niatnya ingin terus mengikuti acara ini sampai malam, tapi saya harus segera kembali kerumah untuk gantian menjaga sikecil. Di perjalanan saya berpikir Jokowi bisa apa sih..? bisa gak dia bikin perubahan yang signifikan bagi negara ini. keraguan sedikit terbersit di kepala.
Pertanyaan saya terjawab, sambil memangku sikecil Dahayu dan mendengarkan pidato kerakyatan Jokowi di Monas. Jokowi tidak bisa berbuat banyak tanpa dibantu rakyat Indonesia, Semua harus bersama bekerja,...bekerja,...bekerja.
Dahayu, kini kita saatnya bekerja bersama untuk bisa membuat bangsa ini semakin besar seperti yang di ucapkan Presiden Jokowi. Dahayu tersenyum kecil tak acuh sambil menyobek buku katalog belanja sebuah produk.
Sudah cukup euforianya, saatnya bekerja.
Yang masih nyinyir karena jagoannya gak jadi presiden, Move On keellleeeuuusss,...!! kita udah mau kerja nih buat gede'in bangsa ini. kalau sepakat mari jalan bersama, yang gak sepakat silahkan posting di media sosial hal miring tentang pemerintah semoga bisa jadi koreksi buat semua.
[caption id="attachment_348968" align="aligncenter" width="567" caption="20 Oktober 2014 Dok. Pri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H