Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Worker for Photograpy, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sang Pujangga Yang Gagah Berani

21 Februari 2015   20:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sang Pujangga yang gagah berani. melihat tulisannya mengenai, “Membongkar Standar Ganda Admin Kompasiana, Kritik untuk pepih Nugraha”. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Saya Kompasianer baru dengan tulisan yang masih belum habis di hitung oleh jari-jari tubuh ini, baru tahu kalau ada “kasta” dalam verifikasi. saya hanya tau, kompasianer itu sudah atau belum terverifikasi.

Mengenai warna verifikasi hijau atau biru saya tidak, atau mungkin belum ambil pusing. Karena menulis bagi saya sebuah pembelajaran. Untuk sekedar di ketahui centang hijau itu verifikasi berdasarkan administrasi yang sudah dikirimkan kepada admin kompasiana. Lalu centang Biru mungkin merupakan apresiasi Admin untuk para kompasianer, bener gak ya? entah lah, saya hanya menduga.

Melihat sepak terjang sang pujangga sangat luar biasa, gabung di kompasiana sejak tahun Agustus 2013, sudah membuat 209 artikel dan mendapat tanggapan sebanyak 2029. Waaah hebat, blum lagi dari segi pembaca tulisannya pasti di atas 100 pembaca, sedangkan saya ngejar 100 pembaca per-artikel saja susahnya kaya mau ngurus KPR di Bank.

Mengawali dengan 4 tulisan Fiksi di kompasiana, tulisannya langsung berubah haluan menjadi opini. Terlebih lagi opini mengenai politik dan kebijakan pemerintahan sangat menarik dan tajam. Mungkin kalau kami kenal sejak jaman PilPres, kami sudah jadi teman dekat karena dilihat dari tulisannya kami seperti mendukung sosok yang sama.

Kembali mengenai tulisan “Membongkar Standar Ganda Admin Kompasiana, Kritik untuk pepih Nugraha”. Saya coba beropini kenapa Sang Pujangga menulis artikel ini. Saya melihatnya ini kritik yang harus di jawab dan direspon oleh Admin. Karena tulisan sang pujangga cenderung tendensius dan menyudutkan. terlihat dari potongan kalimat.

“memberi keistimewaan pada Kompasianer tertentu yang menurut admin bisa menjaga dan melindungi kepentingannya”.

Ini mungkin akan menyakiti sebagian kompasianer yang pernah diberi keistimewaan. Merasa di rendahkan karena mereka dianggap personal yang di jadikan tameng oleh admin sehingga di beri keistimewaan, bukan karena kapabilitas karya tulis mereka.

Syarat untuk di centang biru kurang lebih;

1.Artikelnya tidak diragukan lagi isinya

2.Aktif menulis tema khusus, sehingga pembaca langsung mengingatnya sebagai Kompasianer bidang dan isu tertentu

kalau saya lihat dari syarat nomer satu. cukup berat buat saya di verifikasi biru. karena artikel saya masih berbentuk opini dengan sedikit dibalut teori. jadi mungkin agak di ragukan. Terlebih lagi saya jarang menulis dengan tema-tema khusus.

Sang Pujangga di artikelnyapun mengkritisi beberapa akun yang ternyata tidak layak untuk di centang biru, kok bisa ya? ini sungguh tidak adil. Tapi setelah coba tanya sana-sini sama teman-teman kompasiana, tiga nama di artikel sang pujangga adalah para Admin Kompasiana. Dan beberapa kali pernah ketemu saat acara “nangkring”. Mungkin Mereka punya kebijakan untuk mencentang biru semua Admin. Saya belum sempat lihat akun admin-admin yang lainnya, tapi kalau benar memang ini alasan 3 nama itu dicentang biru saya pikir tidak jadi masalah. toh centang hijau pun mereka gak perlu kirim KTP lewat email seperti kompasiaer lainnya kan?.

Mungkin ini sebagai hadiah untuk semangat mereka setelah setiap hari mengurusi 275776 kompasianer dengan segala kerumitannya. 8 jam sehari 6 hari dalam seminggu bergantian selama 24 jam.

Yang menarik dari sang Pujangga adalah; ternyata dia tidak sekali ini saja mengkritik Kompasiana, atau lebih tepatnya mengkritiki Kang Pepih. selain; “Membongkar Standar Ganda Admin Kompasiana, Kritik Untuk Pepih Nugraha” lalu “Cara Pepih Nugraha “Membunuh” Kompasiana Lewat #ChapeHillShooting#” masih ada lagi tulisan mengenai “Mengapa Kalimat “Bajingan Tengik” Pepih Nugraha Lolos Sensor Admin”.

Kenapa saya bilang menarik. Sang Pujangga dengan gagah berani terang-terangan menyerang kang pepih selaku pendiri kompasiana. Cukup berani dan kritis.

Saya jadi tambah penasaran sama Sang Pujangga, karena memang profilnya menggunakan nama “pena” di tambah tidak ada keterangan pribadi di profilnya. Dan terakhir saya lihat statusnya cukup religius “aku berlindung dari godaan syetan yang terkutuk, aku berlindung dari kejahatan orang-orang yang zalim dan munafik, aku berlindung dari kebodohan dan kemalasan, aku berlindung dari fitnah harta, tahta dan wanita”.

Kalau di cermati dari judul dan isi tulisannya, mungkin sang pujangga ini punya basic di media massa sebagai jurnalis. Terlihat jelas dari setiap tulisan dan judul, sang pujangga langsung menyebutkan nama Pepih Nugaraha. Tidak seperti saya yang masih sungkan dan menambahkan embel-embel kedaerah “Kang” di depan namannya. Ini berlaku di media massa, jarang kita membaca di koran Mas Jokowi, Bapak Jokowi atau panggilan tambahan lainnya. Semua langsung panggil nama, seperti media memanggil gubernur DKI dengan Ahok bukan Koh Ahok.

Dan menggunakan nama pena pasti punya alasan kuat. bisa jadi di dunia nyata, sang pujangga sudah diakui dalam hal tulis menulis, sehingga di kompasiana sang pujangga tidak butuh pengakuan berlebih. Cukup nama pena untuk melepaskan hasrat menulis yang tidak disalurkan.

Satu lagi, sepertinya sang pujangga ini masih di kisaran “Ring 1″ atau dekat atau pernah dekat dengan Kang Pepih dan Kompasiana, karena di salah satu artikel dia menyebutkan jabatan dari kang pepih sebagai Chief Operation Officer. Atau mungkin bisa jadi Sang Pujangga dan Kang pepih pernah bertemu dan ngobrol bareng juga dengan para admin kompasiana, semoga ngobrolnya tidak menggunakan topi dan masker.

Sayang sungguh sayang, Sang pujangga bersembunyi di balik Nama Pena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun