Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Worker for Photograpy, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sang Pujangga Yang Gagah Berani

21 Februari 2015   20:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang menarik dari sang Pujangga adalah; ternyata dia tidak sekali ini saja mengkritik Kompasiana, atau lebih tepatnya mengkritiki Kang Pepih. selain; “Membongkar Standar Ganda Admin Kompasiana, Kritik Untuk Pepih Nugraha” lalu “Cara Pepih Nugraha “Membunuh” Kompasiana Lewat #ChapeHillShooting#” masih ada lagi tulisan mengenai “Mengapa Kalimat “Bajingan Tengik” Pepih Nugraha Lolos Sensor Admin”.

Kenapa saya bilang menarik. Sang Pujangga dengan gagah berani terang-terangan menyerang kang pepih selaku pendiri kompasiana. Cukup berani dan kritis.

Saya jadi tambah penasaran sama Sang Pujangga, karena memang profilnya menggunakan nama “pena” di tambah tidak ada keterangan pribadi di profilnya. Dan terakhir saya lihat statusnya cukup religius “aku berlindung dari godaan syetan yang terkutuk, aku berlindung dari kejahatan orang-orang yang zalim dan munafik, aku berlindung dari kebodohan dan kemalasan, aku berlindung dari fitnah harta, tahta dan wanita”.

Kalau di cermati dari judul dan isi tulisannya, mungkin sang pujangga ini punya basic di media massa sebagai jurnalis. Terlihat jelas dari setiap tulisan dan judul, sang pujangga langsung menyebutkan nama Pepih Nugaraha. Tidak seperti saya yang masih sungkan dan menambahkan embel-embel kedaerah “Kang” di depan namannya. Ini berlaku di media massa, jarang kita membaca di koran Mas Jokowi, Bapak Jokowi atau panggilan tambahan lainnya. Semua langsung panggil nama, seperti media memanggil gubernur DKI dengan Ahok bukan Koh Ahok.

Dan menggunakan nama pena pasti punya alasan kuat. bisa jadi di dunia nyata, sang pujangga sudah diakui dalam hal tulis menulis, sehingga di kompasiana sang pujangga tidak butuh pengakuan berlebih. Cukup nama pena untuk melepaskan hasrat menulis yang tidak disalurkan.

Satu lagi, sepertinya sang pujangga ini masih di kisaran “Ring 1″ atau dekat atau pernah dekat dengan Kang Pepih dan Kompasiana, karena di salah satu artikel dia menyebutkan jabatan dari kang pepih sebagai Chief Operation Officer. Atau mungkin bisa jadi Sang Pujangga dan Kang pepih pernah bertemu dan ngobrol bareng juga dengan para admin kompasiana, semoga ngobrolnya tidak menggunakan topi dan masker.

Sayang sungguh sayang, Sang pujangga bersembunyi di balik Nama Pena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun