Yang menarik dari sang Pujangga adalah; ternyata dia tidak sekali ini saja mengkritik Kompasiana, atau lebih tepatnya mengkritiki Kang Pepih. selain; “Membongkar Standar Ganda Admin Kompasiana, Kritik Untuk Pepih Nugraha” lalu “Cara Pepih Nugraha “Membunuh” Kompasiana Lewat #ChapeHillShooting#” masih ada lagi tulisan mengenai “Mengapa Kalimat “Bajingan Tengik” Pepih Nugraha Lolos Sensor Admin”.
Kenapa saya bilang menarik. Sang Pujangga dengan gagah berani terang-terangan menyerang kang pepih selaku pendiri kompasiana. Cukup berani dan kritis.
Saya jadi tambah penasaran sama Sang Pujangga, karena memang profilnya menggunakan nama “pena” di tambah tidak ada keterangan pribadi di profilnya. Dan terakhir saya lihat statusnya cukup religius “aku berlindung dari godaan syetan yang terkutuk, aku berlindung dari kejahatan orang-orang yang zalim dan munafik, aku berlindung dari kebodohan dan kemalasan, aku berlindung dari fitnah harta, tahta dan wanita”.
Kalau di cermati dari judul dan isi tulisannya, mungkin sang pujangga ini punya basic di media massa sebagai jurnalis. Terlihat jelas dari setiap tulisan dan judul, sang pujangga langsung menyebutkan nama Pepih Nugaraha. Tidak seperti saya yang masih sungkan dan menambahkan embel-embel kedaerah “Kang” di depan namannya. Ini berlaku di media massa, jarang kita membaca di koran Mas Jokowi, Bapak Jokowi atau panggilan tambahan lainnya. Semua langsung panggil nama, seperti media memanggil gubernur DKI dengan Ahok bukan Koh Ahok.
Dan menggunakan nama pena pasti punya alasan kuat. bisa jadi di dunia nyata, sang pujangga sudah diakui dalam hal tulis menulis, sehingga di kompasiana sang pujangga tidak butuh pengakuan berlebih. Cukup nama pena untuk melepaskan hasrat menulis yang tidak disalurkan.
Satu lagi, sepertinya sang pujangga ini masih di kisaran “Ring 1″ atau dekat atau pernah dekat dengan Kang Pepih dan Kompasiana, karena di salah satu artikel dia menyebutkan jabatan dari kang pepih sebagai Chief Operation Officer. Atau mungkin bisa jadi Sang Pujangga dan Kang pepih pernah bertemu dan ngobrol bareng juga dengan para admin kompasiana, semoga ngobrolnya tidak menggunakan topi dan masker.
Sayang sungguh sayang, Sang pujangga bersembunyi di balik Nama Pena