Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Trotoar Tanpa Perencanaan Matang?

24 Januari 2019   23:13 Diperbarui: 25 Januari 2019   09:34 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Trotoar sepanjang Jalan Gerbang Pemuda, Jakarta Pusat, setelah ditertibkan dari tempat usaha tanaman hias, Selasa (7/6/2016) | KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO

Sebagai orang yang senang berjalan kaki di perkotaan, saya mencoba menapaki trotoar yang baru. Rasanya jauh lebih nyaman sekarang ketimbang saat bermuka keramik. Tidak ada was-was takut terpeleset.

Hanya saja memang, lebar trotoar terasa kurang. Jika berpapasan dan menenteng bawaan mesti tahu diri. Harus ada gerakan menghindari lawan berjalan agar tidak bersenggolan. Sedang untuk turun dari trotoar ke bahu jalan raya sangat sulit karena deretan kendaraan terparkir.

Trotoar jalan Sudirman setelah dipasangi batu alam pengganti keramik. Dokpri
Trotoar jalan Sudirman setelah dipasangi batu alam pengganti keramik. Dokpri
Hal yang menyebalkan adalah kontur trotoar yang naik turun. Banyak ruas trotoar di depan pertokoan yang untuk maksud tertentu, menjadikannya tidak rata. Baru beberapa meter langkah kaki turun. 
Pembongkaran keramik di trotoar jalan Sudirman Purbalingga. Foto Radar Banyumas.com
Pembongkaran keramik di trotoar jalan Sudirman Purbalingga. Foto Radar Banyumas.com
Berjalan beberapa langkah kemudian naik lagu. Untuk jarak sepuluh meteran masih dimaklumi, tapi karena antara naik dan turun hanya sekitar dua meter, kontur semacam ini membuat pejalan kaki cepat capai. Irama langkah kaki sangat tidak enak. Apalagi bagi para lansia, tentu sangat merepotkan. Jika dipandang dari kejauhan kontur trotoar itu seperti gelombang.

Rupanya masih perlu kajian lagi dari pemerintah daerah untuk membenahi trotoar. Agar tiap pejalan di atasnya bisa leluasa melangkahkan kaki. Menjadi area yang menyehatkan dan menyenangkan. Bukan menyengsarakan.

S_pras,
Pbg, 24 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun