Lani baru merasakan sekarang, bagaimana posisi batin sebagai istri ketiga. Perasaan yang besar kemungkinan sama, sebagaimana perempuan yang telah meminta cerai itu. Ada rasa was-was: sampai kapan lelaki itu mau berdiam dengan tiga orang istri.
Ia malah tertekan dalam kenyataan ini. Menjadi tidak sesantai ketika menjadi istri keempat. Menjadi ada kecurigaan, jika sewaktu-waktu usaha suaminya bangkit, dan keuangan membaik.
“Apakah kelak akan ada lagi perempuan yang hadir, untuk menggenapkan?”
Suami Lani duduk tak menanggapi, ketika mereka tengah berdua duduk di teras belakang rumah, dan perempuan itu mengajukan pertanyaan yang tak terduga.
“Kenapa diam?” perempuan itu mendesak.
Lelaki itu menatap beberapa burung yang tengah berjingkrak-jingkrak dalam kandangnya. Ocehannya memecahkan suasana pagi. Siulannya diarahkan pada hewan-hewan piarannya: jalak suren, murai batu dan tiga lainnya.
Dan, tetaplah lelaki itu tak memberi jawaban. Hingga Lani kemudian memasuki rumah.
Ketidakpedulian Suaminya, memunculkan kecurigaan,”Jangan-jangan sudah ada niat ke arah sana. Atau, malah sudah kawin siri.”
Bukankah lelaki yang diam, kerap menyimpan misteri. Ia mulai mengembangkan asumsi-asumsi.
Sampai akhirnya ia memberi ketegasan.
“Jika kelak ada perempuan lagi yang hadir dalam kehidupanmu. Maka dengan segera aku akan mengajukan gugatan di Pengandilan Agama!”