Orang sukses! Tajir. Penilaian yang wajar dari orang-orang terhadap suami Lani. Beberapa kali saat mengunjungi mertua, sebuah mobil mewah sporty menjadi pemandangan yang mengesankan. Walau kadang terlihat aneh, dengan kap terbuka, mobil itu melalang melindas aspal-aspal jalan raya kampung.
Tapi cerita sukses itu berubah sejalan meredupnya bisnis batu bara. Banyak karyawan yang dipulangkan ke daerah asal.
Pada kemudian waktu, Lani menghadapi satu keadaan yang tak dikira. Ia harus menerima dua orang anak dari istri ketiga.
“Kenapa harus tinggal di sini, Ayah?” ungkapnya pada suami.
“Aku tak punya pilihan lain. Dua kakakmu tak mau menerima, walau sebentar sekali pun.”
Kakak yang dimaksud suami Lani adalah dua orang perempuan, istri pertama dan kedua.
“Ayah. Dua anak kita saja masih kecil. Aku sendiri repot. Kenapa tidak diikutkan ke Bundanya saja?”
Suaminya menyahut. “Anak-anak itu yang memilih ikut aku. Ikut Ayahnya. Apa harus aku tolak?”
Lani menjadi tersentak ketika mendengar cerita bahwa istri ketiga menggugat cerai suaminya. Apakah dirinya menjadi pemicu itu? Tapi ia pun tak pernah sekali waktu bertanya pada suami tentang ikhwal yang dimaksud. Hanya dari suami, dirinya mendengar,”Dia minta satu milyar!”
Tapi Lani mencoba untuk bergeming, tidak mencampuri persoalan yang membelit suami dengan istri nomor tiganya. Itu urusan rumah tangga mereka, pikirnya.
Perceraian itu akhirnya benar terjadi. Setelah melalui beberapa kali persidangan di Pengadilan Agama, keduanya secara sah tidak lagi sebagai suami istri. Pisah.
Status Lani sesudah itu, ia naik menjadi istri ketiga. Pertanyaan yang menggelayut kemudian adalah: apakah kelak suaminya itu akan menikah lagi, menggenapkan kembali menjadi empat.