Tapi ada syaratnya, aku katakan itu ke dirimu. “Syarat?”
Terasa janggal di kupingmu bukan? Syarat apa gerangan yang aku maksud. Dan kau penuh harap dengan jawabanku.
“Asal buaya itu kamu Biy” aku berkata terang-terangan tanpa tedeng aling-aling.
Kau balik tanya:”Kenapa Buaya itu harus aku?”
Aku terkunci oleh jawabanku sendiri. “Karena….”
“Ah, malu” ujarku
“Ayo dong, jangan bikin penasaran” kau desak aku biar berkata jujur. Karena jujur itu hebat.
Sejenak aku terdiam. “Karena……….”
“Aih, gemes deh!” kau pukul-pukul pipiku. Dan itu aku suka.
Akhirnya, aku ungkapkan. Kenapa aku mau dimakan buaya: yang buaya itu dirimu.
“Karena saat di dalam nanti, aku bisa leluasa lihat ‘jeroanmu’. Ya isi hatimu itu!”
Dariku, yang kini hinggap di pucuk cemara.
Oenthoek Cacing-Bumi Cahyana, 12 Oktober 2015
Foto: FB Bianca Kenlim