[caption id="attachment_405612" align="aligncenter" width="546" caption="tembangkenangansekali.blogspot.com"][/caption]
MEI 1989
Aku titipkan sebuah bungkusan kecil. Â Sebuah kado ulang tahun untuk seorang teman sekalas: teman perempuan. Yang membayangkan kibasan rambutnya saja aku kerap terpental dari kursi lamunan.
Namanya aku tulis pada sarung bantal di kamarku.  Agar  selalu teringat saat jelang tidur, hingga suara adzan shubuh mengusik telinga.  Ini semasa SMA, di paruh akhir era delapan puluhan.
Sesungguhnya aku tak menyangka, aku punya sebuah keberanian untuk memberi hadiah ulang tahun. Â Karena aku sendiri bukan anak yang pada masa itu tertarik dengan perayaan. Â Tapi kali ini lain. Untuk dara manis yang telah menarik tali bendera cinta, melebihi separuh tiang Asmara. Aku menggagahkan diri.
Oh, berkibarlah............
Menyisihkan uang saku untuk membeli kado itu.  Cuma Rp 3500!  Nominal yang cukup besar pada masa itu.  Aku belikan sebuah kaset.  Dari album  pertama Trio Libels yang tengah ngehits di berbagai stasiun radio. Dan berhasil menduduki papan atas tangga  lagu-lagu Indonesia.
Gadisku, begitulah titel album pertama Trio Libels, sekaligus lagu gacoannya.  Untuk mereka yang tengah sweet seventeen di kala itu, lagu ini bukan main mempesona.  Seakan mewakili  ungkapan hati  para pejantan yang sedang dirundung kasmaran.
Aku  pilih album ini, setidaknya untuk  menyenangkan di hari ulang tahunnya.  Dan yang terpenting, memberi signal kepada dia ...........Engkau Gadisku............. Cintaku pertama.....
Tak juga terbalas. Â Hanya esoknya bilang,"Terimakasih."
Ah, tak apalah. Signal itu tak kuat.  Sebungkus kado mungil pita kaset  belum juga dia mengerti.  Kurang berwibawa, atau apalah!
Tapi aku bangga juga, karena album Trio Libels itu yang memacu adrenalin seorang jejaka tanggung ini, untuk mengungkapkan rasa kepada seorang perempuan. Â Daripada dipendam terus, bisa-bisa jadi batu akik.
Kini, seiring meninggalnya Yani Libels, telah menggugah memori yang  telah terbingkai pada tembok tua bangunan SMA peninggalan jaman Belanda.  Menerawang jauh dua puluh tujuh tahun silam.  Saat seragam putih abu-abu melekat menjadi sebuah kebanggaan.
Selamat jalan Yani Libels. Â Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Â Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H