Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Karena Trio Libels

26 Maret 2015   22:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:57 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_405612" align="aligncenter" width="546" caption="tembangkenangansekali.blogspot.com"][/caption]

MEI 1989

Aku titipkan sebuah bungkusan kecil.   Sebuah kado ulang tahun untuk seorang teman sekalas: teman perempuan. Yang membayangkan kibasan rambutnya saja aku kerap terpental dari kursi lamunan.

Namanya aku tulis pada sarung bantal di kamarku.  Agar  selalu teringat saat jelang tidur, hingga suara adzan shubuh mengusik telinga.   Ini semasa SMA, di paruh akhir era delapan puluhan.

Sesungguhnya aku tak menyangka, aku punya sebuah keberanian untuk memberi hadiah ulang tahun.  Karena aku sendiri bukan anak yang pada masa itu tertarik dengan perayaan.   Tapi kali ini lain. Untuk dara manis yang telah menarik tali bendera cinta, melebihi separuh tiang Asmara. Aku menggagahkan diri.

Oh, berkibarlah............

Menyisihkan uang saku untuk membeli kado itu.  Cuma Rp 3500!   Nominal yang cukup besar pada masa itu.  Aku belikan sebuah kaset.  Dari album  pertama Trio Libels yang tengah ngehits di berbagai stasiun radio. Dan berhasil menduduki papan atas tangga  lagu-lagu Indonesia.

Gadisku, begitulah titel album pertama Trio Libels, sekaligus lagu gacoannya.  Untuk mereka yang tengah sweet seventeen di kala itu, lagu ini bukan main mempesona.  Seakan mewakili  ungkapan hati  para pejantan yang sedang dirundung kasmaran.

Aku  pilih album ini, setidaknya untuk  menyenangkan di hari ulang tahunnya.  Dan yang terpenting, memberi signal kepada dia ...........Engkau Gadisku............. Cintaku pertama.....

Tak juga terbalas.  Hanya esoknya bilang,"Terimakasih."

Ah, tak apalah. Signal itu tak kuat.  Sebungkus kado mungil pita kaset  belum juga dia mengerti.  Kurang berwibawa, atau apalah!

Tapi aku bangga juga, karena album Trio Libels itu yang memacu adrenalin seorang jejaka tanggung ini, untuk mengungkapkan rasa kepada seorang perempuan.   Daripada dipendam terus, bisa-bisa jadi batu akik.

Kini, seiring meninggalnya Yani Libels, telah menggugah memori yang  telah terbingkai pada tembok tua bangunan SMA peninggalan jaman Belanda.   Menerawang jauh dua puluh tujuh tahun silam.  Saat seragam putih abu-abu melekat menjadi sebuah kebanggaan.

Selamat jalan Yani Libels.  Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.  Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun