Tapi aku bangga juga, karena album Trio Libels itu yang memacu adrenalin seorang jejaka tanggung ini, untuk mengungkapkan rasa kepada seorang perempuan. Â Daripada dipendam terus, bisa-bisa jadi batu akik.
Kini, seiring meninggalnya Yani Libels, telah menggugah memori yang  telah terbingkai pada tembok tua bangunan SMA peninggalan jaman Belanda.  Menerawang jauh dua puluh tujuh tahun silam.  Saat seragam putih abu-abu melekat menjadi sebuah kebanggaan.
Selamat jalan Yani Libels. Â Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Â Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H