Sebuah Humor Politik dalam Wawancara Imajiner
Kali ini dari redaktur Koran Koplak menugaskan saya untuk mewawancari Pak JK di kediaman resminya. Sungguh menyenangkan karena tidak melewati prosedur yang rumit. Ini salah satu hasil revolusi mental: Memudahkan yang mudah. Berikut ini petikan wawancaranya.
Bapak dua kali jadi Wapres dengan presiden yang berbeda. Apa yang dirasakan dari perbedaan itu?
Begini. Sebenarnya posisi saya tetap sama sebagai ban serep. Hanya Pak SBY dan Pak Jokowi beda gaya bicara. Pak SBY, beliau orang yang berbicara itu terukur, teratur dan terstruktur. Ada subjek, predikat, objek dan keterangan. Makanya orang mendengarnya mudah mengerti. Sedang Pak Jokowi dan saya itu mirip. Kalau bicara selalu membuat orang riang gembira. Seperti pramuka, ha ha ha.
Bagaimana Bapak melihat kinerja para menteri pada dua bulan pertama masa pemerintahan Jokowi-JK?
Ya, mereka bekerja mengikuti ritme atasannya. Bergerak cepat dan membuat gebrakan. Tapi saya mengingatkan jangan sampai itu menjadi bumerang bagi menteri itu sendiri.
Maksudnya?
Maksudnya begini. Ini contoh saja. Kalau mau menggebrak meja pilih meja kayu. Jangan meja kaca. Kan meja kaca kalau digebrak bisa pecah. Pecahannya itu yang akan melukai tangan kita to? Jadi harus tetap hati-hati.
Apa ada menteri yang berlebihan dalam membuat gebrakan?
Mungkin kelihatan aneh. Ada menteri inspeksi ke suatu tempat kemudian memanjat tembok. Itu terlihat seperti mau menyaingi aktor Jet Li. Ada yang kebablasan bicara, kemudian diingatkan oleh Dirjennya. Ya, seperti itulah.
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Semua kan sedang proses belajar jadi menteri yang bagus. Energi mereka sangat besar. Kalau mau bercanda, itu seperti pengantin baru. Semua menteri powerful. Apalagi ekspektasi masyarakat yang luar biasa. Itu mudah diukur, dengan melihat pesta rakyat yang dilakukan setelah kami dilantik. Lihat sendiri kan?
Apa pengalaman Bapak saat mengawali jadi menteri dulu di pemerintahan Gus Dur?
Jadi menteri beda dengan jadi pengusaha. Tapi intinya pengambilan keputusan secara cepat. Lebih cepat lebih baik, itu prinsipnya. Tapi kadang saya juga salah, makanya sewaktu jadi menterinya Gus Dur, saya akan dipecat. Tapi kan tidak jadi. Saya kan orangnya cerdik, selalu punya cara menghadapi situasi sulit. Ha ha ha. Anda sudah pernah dengar cerita itu to?
Bagaimana penilaian Bapak tentang komunikasi politik para menteri?
Pernyataan menteri sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan. Maka bicara ke publik, ke media mesti hati-hati. Harus mempertimbangankan impact-nya. Setiap statement harus valid sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sampai menteri yang bicara, kemudian wapres yang meluruskan. Kasihan Wapresnya kan?
Contohnya seperti apa Pak?
Ada menteri yang bilang harga BBM tidak ada hubungannya dengan harga pangan. Itu kan aneh.
Bukanlah Bapak sendiri bilang seperti itu?
Oh, tidak. Dulu saya cuma bilang kenaikan harga BBM tidak mempengaruhi perekonomian.
Apa bedanya kalau begitu?
Coba deh Anda buka buku metode penelitian sosial, pengaruh dan hubungan itu sesuatu yang beda. Saya bilang pengaruh, menteri bilang hubungan. Kalau sama dengan saya ndak masalah. Biar saya yang hadapi media.
Apa saran Bapak untuk para menteri dalam hal komunikasi politik?
Silahkan belajar ke Prof. Tjpta Lesmana. Itu, yang sering muncul di TV One. Dia pakar komunikasi politik, tidak ada salahnya kursus kilat ke beliau.
Bapak mengalami kejadian yang sama di dua pemerintahan. Menaikkan kemudian menurunkan harga BBM. Bagaimana pendapat Bapak tentang hal tersebut?
Waktu dengan Pak SBY, keputusan demikian dikritik oleh Ibu Megawati. Katanya seperti anak bermain yoyo, naik turun, naik turun kan. Tapi keputusan pemerintah sekarang tidak dianggap demikian. Ibu Mega tidak mengkritik. Beliau diam. Saya anggap berarti belau setuju. Itu artinya kami telah membuat keputusan yang tepat sebagai orang dewasa.
Sekarang tentang mafia migas. Presiden membentuk sebuah tim pemberantasan migas yang diketuai Faisal Basri. Menurut Bapak, apakah hasil kerjanya mengejutkan?
Kalau saya melihatnya begini. Itu antara niat dan hasil yang berbeda. Niatnya untuk memberantas mafia migas, tapi temuan yang di dapat adalah bahwa selama ini terjadi kesalahpahaman tentang mafia migas di Petral. Mungkin lebih baik nama timnya diganti menjadi Tim Pelurusan Kesalahpahaman Terhadap Mafia Migas.
Tahun 2019, Bapak akan mengakhiri jabatan sebagai Wapres. Apakah nanti akan langsung pulang ke Makasar?
Ha ha ha. Masih jauhlah. Tapi begini. Saya tidak akan buru-buru langsung pulang ke Makasar. Pasti akan tinggal beberapa lama. Bisa di Jakarta atau lainnya. Masalalahnya, kalau langsung pulang ke Makasar nanti didemo oleh mahasiswa di sana. Kan nggak keren. Masa bekas wapres kena demo.
Baik Pak, terimakasih atas kesempatan wawancaranya. Sukses selalu untuk Bapak.
Oke. Sama-sama.
* * *
Pak JK mengantar saya sampai ke dekat pintu ruangan. Kemudian Beliau bertanya ke saya, “Anda pulang ke kantor naik apa?” Saya jawab,”Naik Bajai Pak!”
“Waduh, jaman sudah begini masih ada wartawan naik bajai!”
Hanya kalimat sederhana yang bisa saya katakan,”Saya wartawan yang sangat merakyat Pak.”
Ha ha ha, Pak JK tertawa sambil menepuk-nepuk punggung saya. Kemudian mengangkat tangan kanannya tanda selamat jalan, sampai jumpa. Begitulah Pak JK, politikus yang humoris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H