Masalah Hampir Usai "Longsor Siregol"
Kalau di media social lagi marak tagar pesta hampir usai, namun di Dukuh Siregol Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga, masalah hampir usai. Yakni permasalahan jalan yang tidak bisa dilewati kendaraan besar yang diakibatkan tanah longsor, Insyaallah 3 hari kedepan sudah usai "bisa dilalui", (Selasa, 9/11/2021)
Batu sebesar rumah yang terbawa longsoran (Kamis Sore (21/10/2021) yang menutupi jalan sudah hampir selesai disingkirkan dengan cara pemecahan batu sedikit demi sedikit dengan cara manual. Penyingkiran Batu di Jalan Kabupaten ini dilakukan oleh masyarakat desa yang ditopang dengan Dana Desa yang telah dianggarkan lewat pos penanggulagan bencana tahun 2021.
Penyingkiran batu besar ini diharapkan dapat memperlancar kembali arus mobilitas penduduk khususnya masyarakat Desa Sirau yang rata-rata mata pencahariaanya petani dan pembuat sapu yang terbuat dari tanaman glagah arjuna. Sebagaimana bisa dilihat di lama youtube ini Â
Pada tahun 2021 dari berbagai sumber yang dikumpulkan, kejadian tanah longsor sudah terjadi sebanyak 3 kali yakni pada Januari, Mei dan Oktober. Dan ditahun 2020 juga terjadi rekahan tanah seluas kurang lebih 1 hektar di dusun Pengungsen Desa Sirau yang mengakibatkan sekitar 18 KK memindahkan rumahnya dari area tersebut.
Longsornya batu sebesar rumah itu tak lepas dari adanya pengalihan lahan hutan menjadi peladangan diatasnya. Hutan pinus yang dulu lebat, akibat adanya penjarangan oleh pihak-pihak terkait akhir-akhir ini menuai hasilnya yakni seing terjadinya tanah longsor dan rekahan tanah di Desa Sirau.
Dari penjarangan tersebut oleh masyarakat sekitar dimanfaatkan dengan menanam tanaman kapolaga dan gelagah arjuna yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sekali panen masyarakat sekitar bisa mengantongi 20-30 juta saat harga sedang naik-naiknya, memang sangat menguntungkan dan membantu perekonomian masyarakat ditengah pandemi ini.
Reboisasi yang dilakukan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah tak sebanding dengan fungsi hutan yang telah berubah jadi ladang. Peladangan lebih massif dibandingkan reboisasi yang dilakukan, hal ini terjadi dikarenakan ribuan pohon yang ditanam, karena masih tergolong bayi sehingga secara perakaran kurang kuat, daya tampung air kurang sehingga jika hujan kerap terjadi longsor.