Mohon tunggu...
sapto suhardiyo
sapto suhardiyo Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Seorang yang biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penanganan Kasus Stunting di Purbalingga

26 Maret 2019   08:47 Diperbarui: 26 Maret 2019   08:49 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saat ini permasalahan stunting di Indonesia perlu mendapatkan peranan serius oleh pemerintah, masyarakat dan steak holder lainnya. Dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2013 terdapat 9 juta atau lebih dari sepertiga (37,2%) jumlah balita di Indonesia menderita stunting.

Stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.  Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan, dari janin hingga usia 24 bulan. 

Kondisi ini menyebabkan perkembangan otak dan fisik terhambat, rentan terhadap penyakit, sulit berprestasi, dan saat dewasa mudah menderita obesitas sehingga berisiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan penyakit tidak menular lainnya.

Penurunan angka stunting di Indonesia sudah turun sudah cukup baik yakni target tahun 2017 sebesar 29 persen menjadi 27,5 persen. Persentase stunting atau gizi kronis di Indonesia masih berada di atas batas yang ditetapkan oleh WHO yang mestinya di bawah 20 persen. Sehingga penanganan masalah stunting hanya akan berhasil jika dilakukan secara simultan di berbagai sektor.

Jika sebelumnya ada delapan kabupaten yang mendapat intervensi khusus penurunan angka stunting, maka tahun 2018 akan ditambah menjadi 100 kabupaten yang mendapat intervensi khusus dengan lokus desa-desa tertinggal. Purbalingga bersama 10 kabupaten di Jawa Tengah lainnya ikut dalam intervensi khusus penurunan angka stunting.

Dari data Riskides 2013, Prevalensi Stunting Purbalingga sebesar 36,75% sedangkan jumlah Balita Stunting 2013 ada 29.880 dari 70.000 balita. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2017 penangan stunting terus diupayakan sehingga berdasarkan data dari Puskesmas tahun 2017 tentang Stunting prosentasenya turun menjadi 22% dengan rincian 16% yang pendek dan 6% sangat pendek.

Dari 224 desa yang ada, maka ada 10 desa yang perlu mendapatkan prioritas dalam penangannya. Kecamatan  Kemangkon; desa Pelumutan, Kecamatan Kaligondang; desa Brecek, Cilapar dan Sempor, Kecamatan Kutasari; desa Candinata, Kecamatan Mrebet; desa Kradenan, Selagangeng dan Sangkanayu, Kecamatan Rembang; desa Bantar Barang dan Kecamatan Padamara; desa Kalitinggar.   

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka, Pemkab yang dimotori oleh Dinkes melakukan langkah-langkah untuk menanganinya, Pertama melalui Advokasi kepada semua desa yang termasuk dalam kasus Stunting bersama Puskesmas bahwa pentingnya menjaga kesehatan bagi Ibu dan Anak sejak mulai dari kandungan sampai menginjak Balita.

Kedua mengoptimalkan Program dan Kegiatan di Bidang Kesehatan dengan tujuan untuk menanggulangi dan menangani kasus stunting dimaksud. Program dan Kegiatan tersebut bukan hanya semata-mata menjadi tanggungjawab Dinkes, namun juga didukung oleh semua Program dan Kegiatan yang ada di OPD maupun masyarakat, sehingga tanggungjawab kesehatan merupakan tanggungjawab kita bersama.

Kepala Dinkes Hanung Wikantono menjelaskan bahwa Stunting dapat dicegah sebelum terjadi pada anak yaitu mulai dari gaya hidup sehat, pemberian gizi yang baik, kontrol kesehatan dan tumbuh kembang anak serta imunisasi. 

"Yang terpenting, pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama, kehidupan dengan memperhatikan kecukupan gizi selama kehamilan, memberikan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif selama enam bulan, serta memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sesuai kecukupan gizi anak," ungkap Hanung saat ditemuinya di kantor.

Untuk anak yang sudah terlanjur terkena Stunting, dapat diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemulihan, stimulasi pengasuhan dan pendidikan berkelanjutan. Yakni, perilaku kesehatan untuk dijaga, lingkungan yang bersih dan sehat, pelayanan kesehatan secara kontiyu serta faktor keturunan (genetika). Saya yakin apabila 4 faktor ini apabila dijalankan dengan benar Insya Allah, Stunting di Purbalingga dapat ditekan sedini mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun