Untuk Cileunyi 5 tahun lalu, membangun hub emosional dengan pemilih cukup efektif.
Artinya kemungkinan caleg jadi dengan membangun komunikasi yang intens , dibantu dengan mengadakan kegiatan bersama, bisa NGALIWET Â atau mengadakan perlombaan , ingatabln pemilih cukup baik.
Ngobrol santai, diskusi  dengan bekal konsumsi seadanya masih ok.
Pada pemilu kali ini , apa yang saya alami dan teman teman alami.polanya berbeda, jika mau ada pertemuan yang paling penting bukan isi diskusi, bukan hub jangka panjang tapi seberapa besar isi Amplop.
Sudah barang tentu amlopnya bervariasi pada setiap pertemuan, kisaran 15 ribu sampai 100000.
Kemungkinan jadi suara pun ternyata tidak berbanding lurus dengan besarnya isi.
Semakin lama jarak pertemuan dan pencoblosan maka kencenderungan pemilih akan lupa.
Berdasar pengalaman, H-20 pemilu, saya sosialisasi dicikanjunh desa Hegarmanah dengan peserta 157 orang jadi suara 18 orang dan H-4 kembali saya bersilaturahmi dengan para tokoh dengan uang transport
Suara laiinnya hilang karena disawer oleh Golkar dan PDIP H-1 .
Sementara di Sukamanah Rancaekek sosialisasi beberapa titik H-75 hari  dengan peserta total hampir 150 dan intens hub dengan tokoh masyarakat suara tak lebih dari 10, ini juga paduan diskusi, uang transportasi dan mug.
Setelah dilakukan investigasi pasca pemilu, teman teman Golkar PDIP Demokrat melakukan saweran di hari akhir.
PKS pun dengan pola bagi sembako pada setiap pertemuan ibu ibu, juga suaranya bisa dikalahkan oleh Golkar, Gerindra dan lain lain dengan pola serangan diakhir.
Jadi pola terbaik kampanye untuk tahun ini adalah serangan Pajar, semakin besar amlop dan semakin akhir  tingkat konversi menjadi suara lebih tinggi.
Berdasar riset amlop tingkat keberhasilan amlop 50.000 tingkat keberhasilannya 80 persen dengan asumsi tak ada amlop yang lebih besar di Sukamanah, sementara dicikanjung desa Tanjung laya, perpaduan antara aparat desa amlop 50 ribu tingkat konversi 85 persen.
Inilah cerminan demokrasi hari ini, jauh dari kata pemilu ideal, pungsi panwas tak kelihatan.
Penangkapan yang terjadi itu hanya karena apes saja dan kebanyakan juga bukan dari Panwas tapi dari kepolisian.
Masih sangat jauh untuk mencapai tingkat politik rasional.
Salam akal sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H