Mohon tunggu...
Sobran Holid
Sobran Holid Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pelaku usaha yang mengharapkan Indonesia lebih ramah terhadap rakyat kecil. toko onlinehttps://www.bukalapak.com/u/holids https://www.bukalapak.com/u/holids jangan lupa mampir bagi kompasianer dan pembaca yang membutuhkan sparepart motor .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gajah Menangis Akhirnya Meninggal, Kisah Pilu Pengusiran Petani Sumberjaya Lampung Tahun 1995

27 November 2017   00:10 Diperbarui: 3 Desember 2017   23:19 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penduduk yang pertama kali datang ke Sumberjaya adalah Suku Semendo yang menempati daerah sukaraya tahun 1889 (kuswoyo,, Siti Nurbaya dll). Pada tahun 1951 ada tranmigrasi bahasa belandanya kolonisasi, meniru bahasa eropa pada saat bangsa eropap menduduki benuar amerika, Australia, Selandia baru dengan merampas hak-hak rayat yang lebih lama menghuni. Transmigrasi tahun 1951 resmi program pemerintah melalui BRN, bahkan diresimkan oleh Soekarno dan Hatta pada tahun 1952.   

Periode berikutnya banyak masuk transmigran mandiri dari Jawabarat dan Jawa setalah mendengar kesuburun tanah lampung, cerita berantai , transmigran yang pulang dari Lampung mengabarkan ke sanak Saudara tempat penghidupan baru setelah dijawa lahan semakin sulit atau hanya menjadi buruh tani.

Pesatnya pertumbuhan penduduk SUmberjaya membuat areal perkebunan semakin meluas, kondisi ini membuat Jakarta galau, dinas kehutanan resah, padahal sbelumnya banyak juga izin tebang dan garaap sudah dikeluarkan.

Kampung Kami dikelinggi bukit barisan , kemanapun mata tertuju yang Nampak indahnya bukit. Bukit dalam bahasa Indonesia adaalah gunung dan gungnya berbaris-barbaris maka disebut bukit barisan.

Dibaliknya indahnya bukit, dibawahnya banyak terkandung tambang emas. Yang sudah dietambang sejak zaman Belanda, ada dipadang, Jambi dan Suoh baru ditemukan tambang emas.

                                                                                               Sumbergambar :sindonews 

Dibukit barisan terutama ditaman nasional banyak gajah liar, sementara untuk konservasi gajah di Lampung terkonsentarsi di Wakambas. Gajah pada dasarnya hewan baik, jarang sekali menganggu kehidupan manusia, kecuali habitatnya terganggu. Gajah mempunyai emosi, rasa dan kasih sayang dan hidup berkelompok. Anak-anak gajah akan berada ditengah pada saat jalan sehingga aman dari nganguan binatang Buas.

Pengunaan gajah untuk membantu kehidupan manusia sudah terjadi sejak beberapa abad sebelum masehi, bahkan dalam sejarah Islam pasukan Abraha mengunakan Gajah untuk menghancurkan kabah, kaum arab Kuraish ciut tak ada nyali, hanya dengan kekuasaan Alllahlah kemudian turun pasukan langit yang terkenal dengan burung ababil (surat Alpil). (Alquran)

Dalam kisah mahabrata, perang antara pasakan Kurawa dan pandawa juga tercatat pengunaan gajah, begitu juga  perang penaklukan Alexander Agung  ke India. Pasukan Alexnader harus berhadapan dengan Pasukan gajah India yang akhirnya mental  pasukan Alexander agung ciut yang menyebabkan pemberontakan oleh pasukannya an perlahan balik kenegaranya. (326SM).

Bayangkan oleh kita gajah yang begitu besar dan gagah, bahkan salah satu alat perang dari masa-kemasa digunakan untuk menakuti dan menghancurkan mental masyarakat Sumberjaya, yang dsaarnya sudah lemah dan hidup mereka hanya bertani, tak ada senjata pula untuk melawan pasukan pemerintah dengan pasukan gajahnya. 

Cara jitu pemerintah Orde Baru sangat tepat, apalagi dalam legenda masyarakat tradisonal gajah juga diartikan Sumber pengetahuan yang kita kenal dengan Ganesha yang sangat tekenal dalam epos Ramayana, bhakan ITBpun terkenal dengan kampus Ganesha.

Pasukan yang turun untuk mengusir petani Sumberjaya terdiri dari pasukan gajah , pasukan kuda, 2 pleton brimob, pasukan kehutanan (polhut) dan pasukan senso yang membawa mesin pemotong kayu.

Dari tiga pasukan yang diturunkan oleh pemerintah, Pasukan senso menebangi pohon kopi masyarakat, polisi kehutanan dan Brimob salang bahu membahu mengusir masyarakat dengan senjata lengkap, persis seperti dalam keadaan perang, padahal yang mereka hadapi adalah saudaranya sendiri.

Sementara Pasukan Gajah disamping untuk menakuti, merobohkan dangau(rumah) rumah masyakarat yang ada didalam hutan hutan "Negara".

Kenapa negaranya pakai tanda kutip, itu untuk menunjukan bahwa Indonesia pada masa orde baru seperti bukan sebuah Negara, karena mereka tidak mengangap ada rakyatnya, jadi  apa bedanya dengan penjajah, kalau penjajah Belanda saja di Lampung berani mencabut keputusan dalam penetapan system tata batas dari menghapuskan marga pada tahun 1900 an, tapi karena system ini gagal akhirnya kembali berlaku system marga, sementara pemerintah Indonesia sejak dari zaman Soekarno sampai sekarang masih terus berdebat dan berkutat dan keluarnya perpres 88 2017 juga tidak bisa menyelesaikan masalah karena Lampung tidak masuk dari perpres tersebut.

Pengusiran yang tanpa perlawanan, diawali dari unjuk pasukan dari Ibukota Kecamatan Sumberjanya, melintasi desa Tribudisukur, Purajaya dan menuju medan tempur. Puluhan Gajah, berjalan rapi , diiringi pasukan kuda , polhut, brimbo dan pasukan senso, tak ada keberanian kita melawan, hanya diam dan duduk terpaku.

Sayapun takjub pada saat itu, karena baru itulah saya melihat gajah asli, walau saya lahir dan besar lampung . $ bulan berjalan operasi belum juga menebangi puluhan ribu pohon kopi, total areal yang harus dikosongkan hampir 20 ribu hektare, dimulai dari dataran terendah kemudian naik perlahan kebukit matang ribangan, talang sebaris. Pada saat ditalang Lebuay, ada seoang ibu-ibu yang histeris, dia meminta diberi kesempatan bisa panen terakhir kali dan menempati rumah atau dangau selesai panen.

Manalah punya keberanian pasukan brimbol , polhut memberikan keputusan yang berpihak kepada saudaranya, yang ada mereka harus taat dan melaksanakan perintah, teriakan, tangisan, makian sang ibu tidak ada yang peduli.

Gelap mata, si Ibu seperti orang gila terus berteriak, menangis dan buka baju, bahkan tak ada sehelai benangpun dibadannya,, gajahpun terdiam dan lunglai, menangislah gajah, dan akhirnya gajah mengalami kesedihan berkepanjangan dan akhirnya mati.

Peristiwa ini menjadi cerita tersendiri dan tetap dikenang sampai sekarang, saat ini kami sudah kembali, tetapi perjuangan masih panjang, tak ada kepedulian pejabat Jakarta karena manalah mampu kami memberikan angpau untuk merubah kebijakan pemerintah tentang penetapan tata batas hutan kesepakatan hutan yang berkeadilan bagi semua.

Hampir 40000 petani terusir diseluruh kawasan Lampung dan puluhan desa hilang, inilah cikal bakal Rakyat Lampung yang tak mampu melawan, dan akhirnya mereka menjadi legenda pembuat onar, dari Jadi pejambret, tukang Curi motor atau begal Lampung, lantas siapa yang salah, rakyat atau pemerintah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun