Mohon tunggu...
Sobran Holid
Sobran Holid Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pelaku usaha yang mengharapkan Indonesia lebih ramah terhadap rakyat kecil. toko onlinehttps://www.bukalapak.com/u/holids https://www.bukalapak.com/u/holids jangan lupa mampir bagi kompasianer dan pembaca yang membutuhkan sparepart motor .

Selanjutnya

Tutup

Money

NPL meningkat BRI Cab Sumedang stop kucurkan kredit

22 September 2011   01:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BRI (bank Rakyat Indonesia) mulai ketar -ketir karena tingkat macet melampaui batas toleransi yang ditetapkan , bahkan saat ini NPL di unit sumedang dan Kantor Cabang Pembantu sudah mencapai 3,% lebih. Tingginya NPL BRI menjadi pertanda buruk  untuk perkembangan UKM, karena akan menghambat perkembangan UKM Sumedang  yang prospek dan  sudah sangat tergantung dengan BRI ,   karena BRI  Cab Sumedang tidak hanya menyetop kredit untuk nasabah baru,  juga menyetop kenaikan limit kredit (top up) Menurut penuturan staff BRI yang namanya tidak mau disebutkan tingginya kredit macet dari KPR (kredit kepemilikan rumah dan KUR (kredit usaha rakyat). Lebih dijelaskan  penyebab kredit : Untuk kredit mikro dan kur   limit 3-20 juta  banyak usaha kecil  jadi-jadian.  Pada saat disurvey gerobagnya dan jualannya ada,  eh pas berikutnya setelah macet orangnya sudah pada kabur. Umumnya pelaku berasal dari luar  wilayah kerja BRI yang kebetulan punya usaha didaerah tersebut,  dengan jaringannya mereka bisa menkondisikan semuanya sehingga pada saat survey seakan-akan usahanya ada dan benar-benar berjalan.  Ada lagi yang dapat KUR 10 juta , bulan pertama bayar bulan berikutnya sudah tidak bayar, pada saat dicek ternyata uangnya dipakai bangun rumah.  Kontrak fiktif juga sebuah masalah besar bagi pelaku UKM.  biasanya  pelaku ukm yang bergerak disektor produksi dari kerudung, jaket dll.    Mereka kadang mendapatkan kontrak dari berbagai perusahaan   melalui mediator, pada saat barang diserahkan, pembayaran tak kunjung datang. Maraknya barang dari China juga salah satu masalah besar bagi para pelaku UKM, dari kerudung sampai baju muslim  yang harganya lebih murah . Sementara  beberapa sektor perdagangan UKM  kalah bersaing dengan pengusaha besar yang terus menyasar pasar yang sama dengan pengusaha kecil.    Banyak Grosiran kelontong tutup atau menjadi lebih kecil setelah ada minimarket alfa dan Indomaret.   Sektor lain yang banyak kolap juga adalah warnet dan pedagang pulsa  yang gagal mengantisipasi perubahan  prilaku konsumen dan tekhnologi. Untuk mencegah  penipuan terulang , pihak  BRI sudah mewajibkan jaminan  bisa BPKB motor , AJB rumah, AJB tanah  dan nilai kreditnya  disesuaikan. Untuk kasus penipuan terhadap pelaku UKM  saya kira  perlu pendampingan baik dari BRI maupun dari dinas koperasi dan UKM  dengan melakukan  advokasi, pendidikan  hukum terutama soal legalitas perjanjian antara pemasok, pembeli dan mediator.  Soal persaingan usaha  antara pelaku usaha mikro dan dan besar, ini kerjaan pemerintah pusat dan daerah soal regulasi , untuk membatasi perkembangan pasar moderen   sehingga tidak masuk keperumahan dan perkampungan. Perdagangan bebas antara Indonesia, China dan Negara Asean juga menjadi bumerang pelaku UKM yang belum siap untuk bersaing secara terbuka,   sementara berharap peran pemerintah untuk membantu ini sangat sulit diharapkan. Semoga saja kasus NPL yang kian tinggi BRI cab Sumedang ini menjadi perhatian bagi pemerintah, DPR /D dan perbankan ,  karena bila ini menjalar ke daerah lain maka Indonesia bisa memasuki lagi fase krisis  yang lebih parah dengan hancurnya sector perbankan dan pengusaha kecil pada saat bersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun