Pemanggilan Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi Arsad Sanusi oleh panitia panja Mafia Pemilu DPR RI  untuk mengklarifikasi dugaan keterlibatannya dalam perkara surat palsu MK menjadi "gaduh", Arsad malah menyerang balik Mahpud MD.
Ada dua tuduhan yang cukup keras, pertama pertemuan Mahpud MD dengan bibit Waluyo didampingi pengacaranya Bambang Widjojanto dirumah dinas ketua MK,. Menurut Arsad pertemuan itu melanggar kode etik karena status Bibit Waluyo dan Chandra  sedang mengajukan gugatan uji materiil Undang-Undang KPK. Bibit-Chandra meminta MK membatalkan Pasal 32 Ayat 1 huruf c UU KPK yang berbunyi, "Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi berhenti atau diberhentikan karena menjadi terdakwa karena melakukan tindak pidana kejahatan."
Tuduhan pertama ini walau sudah dibantah Mahpud MD dengan asumsi Bibit dan Bambang adalah teman dekatnya, tetap akan menjadi persoalan melangar kode etik jika tuduhan arsyad itu terbukti, walaupun secara moral keputusan MK pada saat itu menguatkan posisi bibit dan Chandra yang menjadi bulan-bulanan Susno Duadji ( mantan kabareskrim) dengan kisah terkenal cicak VS buaya.
Serangan ke dua dari Arsyad dengan menyatakan bahwa Mahpud MD adalah pengemis jabatan. Pada saat pemilihan ketua MK baru antara incumbent( Jimly)  dan Mahpud MD .  Mahpud MD datang kerumah Arsyad  dan dibujuk untuk memilih mahfud. "Dalam rangka pemilihan jadi Ketua (MK), Jimly tergeser. Tanya dia (Mahfud) itu. Datang ke rumah. Buktinya Bapak Maruar Siahaan, bertiga untuk membicarakan itu bagaimana (pemilihan Ketua MK),".
Saya kira dalam tradisi demokrasi, merayu seseorang atau sekelompok orang untuk memilih dan dipilih adalah wajar. Bahkan seorang calon harus berani membuktikan integritasnya kepada calon pemilih dan idealnya dibuktikan pada saat sedang menjabat.
Tuduhan  Mahpud mengemis jabatan sangat berlebihan, karena semua hakim MK berkompetisi didepan DPR agar dipilih, begitu juga dengan Presiden dan DPR, adalah para perayu ulung untuk menaklukan hati rakyat agar memilih mereka. Lain lagi ceritanya jika Mahpud MD memberikan hadiah atau menyogok hakim konstitusi untuk memilih dia, itu baru menjadi masalah.
poto.kompas.com
Menurut Arsyad, Mahpud MD didalam memimpin mempunyai dua karakter ,  "Kadang dia Demokrat, kadang dia tirani dalam menjalankan tugasnya,".
Saya kira Mahpud Md sebagai ketua pengambil keputusan yang harus cepat dan tepat, tidak bisa selalu demokratis dalam arti bertele-tele, karena bisa jadi keputusan tidak diambil-ambil, apalagi bila terlalu banyak pilihan, karena terkadang rakyat tidak bisa menunggu terlalu lama. bagaimana menurut anda?.
Pernyataan Arsyad "Apakah tuduhan kepada saya ini bukan pengalihan isu dari kasus dugaan suap kader Partai Demokrat. Sekali lagi ini pengalihan isu," . Pernyataan ini jauh panggang dari api, barangkali Arsad lupa, bahwa mahpud MD adalah bagian dari yang membongkar skandal  Nazaruddin yang memberikan duit buat sekjen MK.
Waduh jadinya saya ini kayak pembela mahpud hehehe. Percayakah anda dengan tuduhan Arsad terhadap Mahpud MD?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H