Mohon tunggu...
Sobran Holid
Sobran Holid Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pelaku usaha yang mengharapkan Indonesia lebih ramah terhadap rakyat kecil. toko onlinehttps://www.bukalapak.com/u/holids https://www.bukalapak.com/u/holids jangan lupa mampir bagi kompasianer dan pembaca yang membutuhkan sparepart motor .

Selanjutnya

Tutup

Money

Derita petani kopi Lampung Jangan dilupakan (Pulang kampung 2)

6 Mei 2011   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:00 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harumnya aroma kopi tidak seharum nasib petani kopi yang harus menanggung derita karena gagal panan pada tahun ini. Kegagalan  produksi petani kopi ini, memang lebih disebakan faktor cuaca yang kurang bersahabat, bunga kopi yang mekar pada tahun 2010 akhir, tidak mampu bertahan karena curah hujan yang begitu deras.   Sementara buah kopi membutuhkan panas yang cukup panjang . Bahkan berdasarkan pengamatan kebeberapa petani kopi Lampung barat pada saat saya pulang kampung, hasil produksi  hanya 10 % dari kondisi normal.    Bila biasanya perhektar bisa menghasilkan 1-2 ton kopi/ha, saat ini hanya 100-200 kg/hektare. Bila kita kalkulasikan, dengan harga kopi saat ini 15-16 ribu/kg, maka petani  mendapatkan uang 1,5 -3 juta/ tahun, belum dikurangi biaya angkut , pengilingan, pupuk dan perawatan, artinya tahun ini petani minus, bahkan untuk menutup hutang tahun lalu saja kepada para bos kopi (tengkulak) sangat berat. Senyum kecut para petani kopi ini belum menjadi perhatian pemerintah daerah baik kabupaten maupun propinsi, padahal bila pemerintah "cuek bebek", maka akan membuat dampak sosial yang memperihatinkan,  bahkan bisa  menyebakan meningkatnya kejahatan dan kelaparan. Efek laiinya petani kopi akan terjerat rentenir  yang bisa menyebabkan petani kopi akan terjerat lehernya.  Apalagi di lampung, istilah 1 balik 2 sudah menjadi tradisi dalam dunia pinjam meminjam.   Misalnya petani pinjam uang 1 juta, maka dia harus mengembalikan uang 2 juta pada saat panen kopi. Derita petani kopi ini sebenarnya, bila ditelusuri lebih kebelakang, memang tinggal menunggu waktu, karena pada dasarnya produksi per/ha sangat rendah bila dibandingkan Negara lain  seperti Vietnam dan  Brazil.  Bahkan bila dihitung secara ekonomis dan dikurangi biaya produksi, maka  pendapatan petani kopi  sangat rendah. poto Pb petani kopi lampung Barat Hanya karena faktor produksi jarang dihitung, dari biaya panen, biaya perawatan, karena dikerjakan sendiri maka nampak lumayan.   Tahun lalu misalnya,  rata-rata produksi kopi 1 ton/ha.  Bila mengacu kepada harga tahun lalu, Rp 10 ribu/kg, maka petani hanya mendaptkan 10 juta/thn, jika dikurangi pupuk, biaya pengilingan dan tranportasi dari kebun kekampung serta tidak menghitung biaya perawatan dan panen,  bersihnya petani hanya menerima 8 juta/thn. Bila dikonversi ke 12 bulan  petani hanya mendapatkan penghasilan  Rp 667 ribu/bulan, untuk menghidupi satu istri dan  2 anak, apalagi lebih hehe, tinggal bagi saja.   Artinya 667 ribu jika kita bagi 4  orang, dan bagi 30 hari, tiap-tiap individu dalam rumah tangga petani, baik untuk makan, kesehatan dan pendidikan hanya sekitar Rp 5.500 rupiah/hari, apalagi tahun sekarang, petani hanya mendapatkan penghasilan 1,5-3 juta/tahun . Kita bisa bayangkan, pahitnya kehidupan petani kopi yang lebih pahit dari rasa kopi yang tidak dicampur gula. Bila pahitnya buah kopi membawa nikmat, tapi pahitnya penghasilan petani membawa derita. Saya kira pemerintah harus mengambil tindakan nyata untuk membantu nasib petani kopi dan memperbaiki nasib petani kopi kedepan, banyak hal yang bisa dilakukan,  yang akan saya tulis pada tulisan berikutnya, Insaallah. Apalagi untuk lampung barat misalnya , dari Bupati dan 90 % anggota DPRD TK II adalah anak petani ,mantan petani dan masih banyak yang  menjadi petani.  Mereka tidak boleh tutup mata, karena sedang berkuasa dan kaya, karena penghasilan dari jabatan sekarang baik resmi dari gaji dan tunjangan "maupun tidak resmi" dari sumber yang gelap sampai yang terang hehehe. Nah tulisan singkat ini, bisa membuka cakrawala kita,  bahwa ada petani lain yang menderita, dan pemerintah pusat tidak hanya berkutat menangani petani padi dan melupakan petani yang lain.    Salam petani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun