Mohon tunggu...
Muhammad Sofyan
Muhammad Sofyan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berbagi dengan dunia...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Analisis Ketidaktahuan Tentang Filsafat

12 Januari 2012   09:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:59 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhadapan dengan orang yang bahasanya njlimet, setiap katanya tersusun rapi sehingga membentuk kaliamat yang benar-benar berbeda degan kalimat kebanyakan. Otakku tiba-tiba berpikir keras tentang perbendaharaan kata yang baru saja aku temui dan berusaha menemukan apa maksudnya. Beberapa perebendaharaan kata bahkan terdengar asing ketika disandingkan dengan kata lain yang membuatku bertanya "Maksudnya...?". Otakku berputar bekerja keras menemukan inti dari sebuah kalimat, mencerna dan memahami kemudian mengolahnya menjadi bahasa yang biasa-biasa saja untuk aku mengerti maksudnya. Nah.. di atas itu adalah proses singkat berpikirku tentang bacaan yang akhir-akhir ini sering aku temukan. Memang ada ketertarikan tersendiri untuk bisa merangkai kata dan bahasa yang keleihatannya sangat kompleks tapi indah dan sarat makna. Aku melihat ada semacam perpaduan antara sesuatu yang ilmiah dan seni berbahasa.

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

Setidaknya, itu yang aku temukan di Wikipedia. Inti dari materi di atas adalah Logika, yang terdiri dari logika berpikir dan logika berbahasa. Aku menduga dan menebak-nebak bahwa kerumitan bahasa yang dihasilkan oleh para filosof terletak pada dua poin  ini.

Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.
  • Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
  • Epistimologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
  • Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
  • Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
  • Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas bahwa kalimat-kalimat kompleks yang dihasilkan dalam berbagai tulisan yang bermuatan filsafat (walaupun saya lebih senang menyebutnya SESUATU karena saking bingungnya) terkait dengan pembidangan yang dijelaskan oleh Wikipedia di atas. Secara keseluruhan, ini tentu saja saling kait mengait dalam membahas suatu objek. Dan (tadaaaa) jadilah sebuah bahasan kompleks yang menyangkut segala aspek kehidupan yang dinalar dengan pikiran dan bahasa. Ini tentu saja masih sangat dasar. Mengingat ini hanya ditinjau dari sisi 10 atau bahkan 1 derajat, tanpa melihat seluruh lingkaran dengan sisi 360 derajat. Masih terlampau dangkal untuk menyimpulkan sebuah hipotesis di atas. Tapi sebaliknya, hipotesis di atas adalah sebuah kesimpulan awal saya untuk mencoba memahami alur berpikir ilmu filsafat ini. Hahahaha... membaca tulisan ini saya tertawa kecil. Melihat dan merasa bahwa saya sangat bodoh untuk urusan yang satu ini. Well, inilah yang bisa saya ungkapkan atas apa yang sering saya baca dan dengarkan akhir-akhir ini. Kemampuan berbahasa saya menjadi sangat berkurang melihat dan mendengarkan ungkapan-ungkapan bahkan kaliamat yang bertututuran dengan tata bahasa yang rapi, ilmiah dan tetap memiliki seni. Walaupun terkadang itu membuat saya terjebak dalam ketidaktahuan yang sangat kompleks. Dan akhirnya aku harus mengguncang otakku, memaksanya berpikir keras untuk memahami apa inti yang dimaksudkannya... :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun