Pemilu tinggal sebentar lagi. Semua partai politik, termasuk para calon anggota legislatifnya (caleg) dan elit politik sudah berlomba-lomba melakukan sosialisasikan dan kampanye untuk mendapatkan simpati dari rakyat. Ironisnya, diantara elit partai politik (parpol) itu terdapat sejumlah pejabat dan menteri. Sungguh disayangkan, karena para pejabat dan menteri yang seharusnya memfokuskan diri pada tugas dan pekerjaannya, justeru sibuk larut dalam kampanye dan upaya-upaya yang berkaitan dengan Pemilu.
Khawatir para menteri yang berasal dari parpol tidak menjalankan tugasnya dengan baik, Presiden SBY kemudian menyerukan agar pejabat, anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), Jaksa Agung, Panglima TNI dan Kapolri untuk fokus pada tugasnya. Tidak hanya sekadar seruan, Presiden SBY juga memberikan arahan, agar setiap Selasa, Rabu dan Kamis, para menteri ada di Jakarta untuk mengikuti sidang kabinet yang dipimpin langsung oleh presiden, atau rapat terbatas di bawah pengawasan wakil presiden.
Sebagai kepala negara, wajar jika Presiden SBY mengeluarkan seruan dan arahan agar para menteri fokus di pekerjaannya. Karena dalam KIB jilid II ini, banyak menteri yang berasal dari partai politik (Demokrat, Golkar, PAN, PPP, PKB, PKS).
Seperti diketahui bahwa ada beberapa menteri yang akhir-akhir ini sibuk berkampanye untuk mensosialisasikan partai maupun dirinya. Sebagai contoh, sebelum mundur, Gita Wirjawan yang sebelumnya menjabat Menteri Perdagangan, sibuk berkampanye supaya bisa terpilih dalam Konvensi Capres Demokrat. Saat masih menjadi menteri, Gita sibuk berkeliling daerah, mendatangi kampus dan bertemu komunitas-komunitas masyarakat untuk meminta dukungan atas keikutsertaannya dalam konvensi.
Hal yang tidak jauh berbeda juga dilakukan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dianggap sebagai salah satu calon potensial dalam Konvensi Capres Demokrat, Dahlan juga sering melakukan roadshow ke daerah, bertemu dengan sejumlah tokoh dalam rangka mencari dukungan politik. Selain kedua menteri tersebut, masih banyak menteri yang maju sebagai caleg dan dalam beberapa waktu terakhir ini sering turun ke daerah pemilihannya (dapil).
Jika situasi ini dibiarkan dan terus berlangsung, niscaya akan mengganggu ritme kerja pemerintah. Sekali lagi saya tekankan, sudah sepantasnya lah sebagai kepala negara, Presiden SBY meminta kepada para anak buahnya untuk fokus bekerja. Apalagi, saat ini adalah periode terakhir pemerintahan di bawah SBY, sehingga sangat penting bagi presiden untuk menunjukkan kinerja yang baik.
Untuk para menteri yang berlatar belakang partai politik, seharusnya juga sadar bahwa mereka adalah orang pilihan yang dipercaya untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Khusus untuk menteri dari parpol, meskipun pelakasanaan Pemilu tinggal menghitung hari, namun tugas pokok mereka tidak boleh ditinggalkan. Bagaimana juga kepentingan bangsa, negara dan rakyat jauh lebih penting, dibandingkan kepentingan partai politik.
Oleh karenanya, para menteri harus mematuhi arahan Presiden SBY, agar fokus bekerja. Kalaupun tidak bisa membendung syahwat politik, sebaiknya menteri itu mundur. Kenapa harus mundur? Supaya tidak terjadi penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk kepentingan politik.
Jangan sampai terjadi, dimana menteri menggunakan fasilitas yang diberikan negara, misalnya kunjungan ke daerah, untuk melakukan sosialisasi dan kampanye-kampanye politik. Karena kalau sampai itu terjadi, mereka (para menteri) sudah mengkhianati rakyat. Uang yang mereka gunakan untuk perjalanan ke daerah, merupakan uang rakyat.(***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H