Mohon tunggu...
S. Suharto
S. Suharto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati seni

Teacher and Lecturer, Researcher, educator Motto: Hidup harus bermafaat bagi semua umat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang di DPR Terjadi Lagi, Dan Akan Terus Terluang

30 Oktober 2014   15:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terjadi lagi perampasan hak-hak rakyat pemenang pemilu yang diwakili oleh KIH. Anggota DPR pemenang pemilu tidak dapat kursi pimpinan alat kelengkapan di DPR itu.  Terjadi ketidaklogisan dan ketidakadilan yang  terulang dan akan terus terulang  selama Undang-undang MD3 masih berlaku. Undang-undang itu berpotensi memecah-belah DPR dan mengorbankan rakyat karena mereka akan terus menerus bertengkar.

Siapa yang pantas disalahkan?

1.Mahkamah Konstitusi

Mahkamah konstitusi perlu disalahkan karena tidak cermat dalam memutuskan gugatan untuk meninjau undang-undang itu. Mestinya MK lebih cermat dalam mengkaji pasal demi pasal  yang berpotensi konflik dan diskriminatif. Dalam pelaksanaan nyata-nyata telah terjadi pengingkaran sila-sila pada Pancasila. Musyawarah untuk mufakat yang ada dalam Pancasila dan pembukaan UUD 45  jelas yang seharusnya dikedepankan bukan azas siapa kuat itu yang menang. Itu hanya terjadi di hutan rimba atau di negara yang tidak memiliki aturan.

2. DPR Pro KMP

Anggota DPR yang terkesan gila jabatan dan gila materi ini dengan menutup telinga dan mata berlindung di Undang-undang yang dibuatnya sendiri dan dilaksanakan sendiri. Anehnya keputusannya juga direkayasa sendiri dan diputuskan sendiri serta dijalankan sendiri. Hanya kata “LUCU” yang ingin saya sampaiakn. Semua orang memahami logika dan nurani  akan “mentertawakan” hal ini. Mereka juga tertawa lebar yang ditujukan pada anggota DPR dari KIH sambil “mengolok-olok” dengann ucapan; “…E..gak dapat apa-apa…E.. gak dapat apa-apa..” Sadar tentang hal ini,  terjadilah kejadian kekalapan di pihak KIH seperti membalikan meja, mengucapkan kata-kata "bodoh"  pada pimpinan DPR, mosi tidak percaya pada pimpinan DPR, hingga pembentukan DPR tandingan. Mungkin  baru kali ini terjadi sepanjang sejarah,  ada DPR tandingan.

3. Rakyat

Saya menyalahkan rakyat juga. Mengapa rakyat diam saja dengan keadaan ini. Saya yakin tidak akan berhenti sampai di sini jika mereka para anggota DPR tidak punya hati nurani. Saya malu mengamati mereka yang seperti anak kecil yang tidak punya nalar. Gusdur memang hebat yang menjuluki anggota DPR seperti anak TK. Walaupun sebenarnya anak TK juga punya nurani dan rasa kemanusiaan. Yang terjadi di sana gak ada, yang ada hanyalah ketidakpedulian yang penting menang dan dapat jabatan. Atau mungkin yang penting  balas dendam sambil dapat jabatan. “Buat apa mikirin rakyat, toh sesuai undang-undang”

Potensi konflik dan pertengkaran ini, sekali lagi, akan terus berlanjut dan akan semakin hebat jika sudah mulai bersidang dengan berurusan dengan kebijakan pemerintah, terutama yang berpotensi kesempatan untuk memakzulkan Jokowi

Rayat perlu turun tangan untuk melerai mereka. Mereka sudah buta hati dan buta mata. Buta hati karena tidak peduli, tidak merasakan dan tidak mendengar jeritan ketidakadilan dan ketidaklogisan yang dialami DPR pro KIH. Sekali lagi, undang-unang MD3 yang controversial itu yang jadi tamengnya. Tidak tahu hal ini akan berlanjut. Saya merasakan CAPEEEEK….CAPEEEK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun