Simbah terkapar tidur siang saat gadis itu datang. Sang gadis memanggil dan ketok-ketok pintu tanpa jawaban, lalu memutuskan masuk saja tanpa permisi setelah menunggu tanpa hasil selama 15 menit. Disapanya Simbah dari sisi ranjangnya. Mbah, bangun dong. Tangi-tangi, Mbah.
Simbah cuma ngah-ngoh saja. Namun sang gadis menganggapnya sebagai respon. Ia pun agak lega karena Simbah masih ada nafasnya. Maka segera saja si cantik ini mengutarakan gonjang-ganjing keluh-kesahnya, tanpa basa-basi dan tanpa memerhatikan apakah Simbah masih pulas atau sudah jaga.
Simbah, di ambang lelap dan sadar, mendengar sayup-sayup gadis itu mengucap kata valentine-valentine. Namun tak tahunya telinga tua Simbah malah menangkap kata-kata paling-penting atau plinthang-plintheng atau malah penthol-penthil.
.
Paling penting plinthang-plintheng penthol-penthil? Lord...what the hell was that....
.
Simbah tak kenal apa Valentine itu. Yang Simbah tahu hanya Van Halen. Jump!
Ketika loading nyawanya sempurna, ia sontak melenting dari tempat tidurnya. Ia terkejut dan malu kepergok sedang kucel, hanya berkostum sarung belel dan bersinglet tipis Tjap Angsa tak jelas warnanya, sementara si gadis begitu berbinar-binar ayunya, memakai tank top pink yang kelonggaran.
Sekejap Simbah sempat mengira ia telah tewas dalam tidurnya dan kini berada di kos-kosan Tuhan dengan bidadari KW-1 yang sengaja diutus untuk menemani. Ia kaget dan melompat tinggi sekali sampai kepalanya membentur langit-langit beton begitu kerasnya hingga langit-langit itu bopeng berserbuk sementara akuarium berkaca antiradiasi-nuklir 38 milimeter buatan Westinghouse milik penghuni kamar lantai atas langsung retak-retak akibat efek simultan gelombang kejut. Untung saja warga penghuni akuarium tersebut sedang diungsikan berhubung majikannya pulang kampung ke Nganjuk.
Kepala Simbah justru baik-baik saja, mulus dan sentausa, tak berbenjut-benjut.
.