Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Zeno

12 Februari 2010   17:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu dari sekian paradoks Zeno yang punya kesan ajaib adalah tentang ketakterhinggan jarak. Bunyi paradoks itu, dengan kata-kata penulis sendiri, kira-kira: besaran jarak (s) tertentu diselesaikan terlebih dahulu dengan menempuh setengahnya. Pernyataan tersebut tak dapat disangkal dengan pembuktian negasi macam apa pun. Coba saja kalau tidak percaya. Meski sederhana, di dalamnya terdapat cara kerja tersembunyi yang mengacaukan persepsi Saudara terhadap ruang. Ada prinsip ketakterhinggaan---dan Zeno, bapak pemikir besar dari Elea ini, memang memainkan kuasa-ketakterhinggaan matematis ke dalam paradoks-paradoksnya. Jika Saudara (khusus laki-laki normal) melihat perempuan luar biasa cantiknya kempling meling-meling melebihi Venus yang berdiri dalam jarak 10 meter dari Saudara, lalu Saudara ingin mengajaknya berkenalan, sudah barang tentu Saudara harus beranjak, to. Ya. Dengan didorong "arus bawah" yang amat kuat, saudara bergerak mendekat. Menurut Zeno, Saudara pasti harus melewati titik di separuh jarak tadi. Lima meter. Pada titik ini, Saudara sebagai proyektil-penuh-gairah masih harus melampaui setengah dari jarak tersisa, yang artinya 2,5 meter lagi. Dan ketika cuma ada jarak sependek itu pun Saudara kudu menempuh 1,25 meter. Separuhnya lagi: 0,625 meter. Separuhnya pula: 0,3125. Terus-terusan macam itu selamanya dalam pakem konvergensi ke arah titik nol. Seterusnya, bahkan sampai kiamat Hollywood, Saudara tidak akan pernah sekali pun menjabat tangan Sang Venus, apalagi mengajaknya patungan beli janur dan 'nyewa tenda. Mengerikan sekali, jebakan geometris macam itu. Zeno dengan cerdik mengajukan paradoks mental bagi ketakberhinggaan. Butuh kosmos matematis berbeda untuk menjawab kemuskilan itu, dengan aritmatika bahwa: laki-laki katro tersebut hanya butuh dua kali perjalanan setengah jarak menuju sang dewi: karena setengah s tambah setengah s sama dengan satu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun