Mungkin pula kita tak akan pernah menyadari. Hingga waktu mendesak kita hanya menguap dari ceruk selokan yang hitam dan berbau. Atau genangan yang sudah kehilangan guna. Bukan dari samudera yang bersih jernih dan menjadi sumber segala. Saat berkumpul kita menjadi udara yang basah. Pada langit. Barulah kita malu melihat diri betapa keruhnya, kotornya, sementara seluas mata memandang, begitu jernih, bersih dan terangnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!